Bab 482
Akhirnya, dia mengangguk. "Benar, aku sudah bertanya dengan jelas tadi. Naskah itu memang sepenuhnya ditulis oleh Nindi sendiri. Aku yang sebelumnya salah paham."
Sania yang mendengar ucapan Darren dan langsung naik pitam. Matanya memerah karena marah.
Tak disangka, Darren sama sekali tidak membela dirinya. Lalu, bukankah kehadirannya di pesta ini hanya menjadi bahan tertawaan?
Nindi sengaja menoleh ke arah Sania. "Aku tahu kamu selalu ingin meraih prestasi, tapi bergantung pada orang lain nggak akan membantumu berkembang, justru malah merugikanmu. Aku melakukan ini demi kebaikanmu, kamu nggak akan menyalahkanku, 'kan?"
Ucapan yang penuh dengan sindiran itu membuat Sania hampir gila.
Ekspresinya pun langsung berubah buruk. "Aku permisi ke kamar kecil dulu."
Nindi memperhatikan punggung Sania yang menjauh, lalu melepaskan lengan Darren. Dia memang sengaja ingin membuat Sania marah.
Bagaimanapun juga, di keluarga Lesmana, satu-satunya orang yang selalu berpihak pada Sania hanyalah Darren

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda