Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 694

Dia menatap Sania dan Witan. "Kebetulan, ada yang mau kubicarakan sama kalian." "Kak Darren, aku juga mau ngomong sesuatu. Dokter bilang wajah Sania mungkin bakal ada bekasnya, jadi Nindi harus tanggung jawab sepenuhnya," ucap Witan. Wajah Sania yang terbalut perban tampak sangat memprihatinkan, seperti wajah seseorang yang mengalami kerusakan parah Sania berkata dengan terisak. "Kak Darren, aku masih ada syuting iklan dan promosi buat perusahaan. Kalau wajahku sampai rusak, yang rugi juga perusahaan kita." Intinya, kali ini dia tidak akan membiarkan Nindi lolos begitu saja! "Kak Darren, Nindi harus minta maaf ke Sania!" ucap Witan. Darren terduduk di sofa dan berkata, "Hmm, memang harusnya minta maaf dulu sih!" Sekilas kebahagiaan terpancar di sorot mata Witan, dia segera meminta pelayan untuk memanggil Nindi turun ke lantai bawah. Nindi telah lama menunggu. Ketika turun ke lantai bawah, dia mendapati wajah Sania yang bengkak seperti babi, dia pun tersenyum tipis. "Gaya ini juga cocok buat kamu, ya." Sania segera menatap dengan penuh kemarahan, matanya seolah-olah dapat memancarkan kobaran api. "Kamu tahu nggak, buat perempuan, wajah tuh segalanya, tahu!" Alasan dia dapat bertahan dan mencapai kesuksesan, seperti ini sepenuhnya dikarenakan wajahnya yang tampak polos dan tidak berbahaya. Namun, sekarang, wajahnya hampir rusak karena Nindi! Witan segera berkata, "Kak Darren barusan ngomong, kamu harus minta maaf! Dan kamu juga harus berlutut!" Darren menatap Witan dan Sania. "Maksudku, yang harus minta maaf itu kalian!" Dengan suara bergetar karena menangis, Sania berkata, "Tapi Kak, kami nggak salah kok!" "Kalau kalian tetap nggak mau minta maaf dan Nindi masih nggak puas, besok pagi, pihak sana bakal merilis pernyataan resmi tentang plagiarisme. Lesmana Grup nggak lama lagi bakal bangkrut, dan kita semua bakal jadi gelandangan di jalan!" ucap Darren. Setelah mendengar hal itu, Sania seketika membisu, bahkan tidak sanggup meneteskan air mata. Lesmana Grup tidak boleh bangkrut! Jika itu terjadi, rencananya akan berantakan! Witan dengan kesal berkata, "Kak Darren, perusahaan nggak bakal bangkrut semudah itu. Aku yakin kamu pasti punya solusi buat menyelamatkannya!" Darren menatap Witan dengan tatapan seolah tengah melihat seseorang yang bodoh. Dia menekan amarahnya dan berkata, "Setelah menyinggung keluarga Julian, kamu pikir kita masih bisa bertahan?" "Kak Darren, bukannya Nindi pacaran sama Tuan Muda keluarga Julian, ya? Dengan pertimbangan hubungan itu, perusahaan kita pasti nggak mungkin bangkrut, 'kan?" ucap Sania. "Iya, tapi itu kalau Nindi masih akur sama keluarganya, 'kan?" balas Darren. Usai Darren berbicara, dia meletakkan dokumen di hadapan Nindi. "Ini semua warisan dari orang tua kita. Aku sudah merapikannya dan juga tanda tangani. Kamu tinggal tanda tangan saja, dengan begitu semuanya bisa kamu bawa pulang." Semula, dia masih ingin menggunakan hal ini untuk menekan Nindi. Namun, sekarang, Nindi mendapat dukungan dari seorang Tuan Muda dari Komunitas Konglomerat, sehingga dia hanya dapat menyerah. Sania adalah orang pertama yang menangkap maksud Darren. Dalam hatinya, dia hampir merasa gila karena iri. Dia juga tidak mengerti, apa yang membuat Tuan Muda keluarga Julian itu jatuh hati kepada Nindi! Dari aspek penampilan dan postur tubuh, dia jauh lebih unggul daripada Nindi. Sania berbicara dengan enggan. "Kak Nindi, waktu itu memang kami yang salah. Jangan marah, ya." Namun, Witan merasa tidak terima. "Aku nggak sudi minta maaf ke dia!" Darren segera menoleh ke arahnya. "Oke, mulai hari ini kartu kreditmu aku blokir!" "Kak Darren, kok kamu seenaknya gitu sih? Aku juga punya warisan. Kenapa kamu blokir kartu kreditku?" ucap Witan. "Toh, nanti keluarga Lesmana juga bakal bangkrut, kamu nggak bakal pakai kartu kredit lagi. Jadi, mending mulai belajar dibiasakan mulai sekarang," ucap Darren. Darren memasang ekspresi dingin dan bersikap acuh kepada kedua orang dianggapnya bodoh itu. Sania menarik lengan Witan sejenak, memintanya untuk mengalah dengan situasi yang terjadi saat ini. Seandainya keluarga Lesmana jatuh bangkrut, tidak ada seorang pun yang mendapat keuntungan. Sania menarik Witan mendekat untuk meminta maaf kepada Nindi. "Kak Nindi, kumohon, tolong maafin kami kali ini saja, kita keluarga, 'kan?" Nindi tampak tersenyum tipis. "Nggak bisa!" Ekspresi Darren seketika berubah, dia segera bertanya dengan nada mendesak. "Kenapa nggak bisa?" "Kamu belum minta maaf, 'kan! Dan juga, kelihatannya nggak cukup tulus, tuh!" ucap Nindi.

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.