Bab 697
Nindi menatap tajam kedua orang di depannya. "Lumayan menguntungkan, lho. Kalian cukup berlutut, langsung setara beberapa miliar."
Witan berteriak dengan marah. "Nindi, jangan mimpi!"
"Jelas-jelas yang mimpi itu kalian!" balas Nindi.
Sudut bibir Nindi terangkat dingin, lalu dia berkata, "Asal ngomong doang, naifnya kebangetan."
Setelah selesai berbicara, Nindi segera menuju ruang makan untuk menyantap sarapan, dan mengabaikan kedua orang itu.
Sania menatap punggung Nindi yang kian menjauh, kemudian dengan kesal dia mengeluh sambil menangis kepada Witan. "Kamu coba ngomong ke Kak Darren dong, suruh kasih sahamnya ke Nindi. Toh, Nindi juga nggak bakal rugi kok."
"Nanti biar aku ngomong ke Kak Darren, tenang saja, aku bakal beresin masalah ini buat kamu," ucap Witan.
Sania merendahkan nada bicaranya. "Kita 'kan sudah sepakat, nanti rumah itu atas namaku, ya."
"Tenang saja, kalau aku sudah janji, pasti aku tepati," ucap Witan.
Witan tampak sangat percaya diri. Saham atas namanya jauh lebih

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda