Bab 718
Nindi tersenyum. "Memang benar ini hadiah dari Cakra. Awalnya aku nggak mau menerimanya, tapi dia bersikeras memberikannya. Jadi aku nggak bisa menolak. Kak Witan, kamu harus belajar darinya."
"Kalau aku sekaya Cakra Julian, apa sih yang nggak bisa kubeli?"
Witan pun ikut kesal. Nasib Nindi, si wanita jalang ini memang sangat baik.
Nindi meliriknya. "Jadi kamu juga sadar kalau kamu miskin? Makanya kamu harus berusaha lebih keras. Sekarang Sania membantu Kak Darren mengelola perusahaan dan menangani proyek-proyek besar. Kalau kamu tetap nggak punya pencapaian apa-apa, nanti orang-orang akan bilang kalau kamu cuma numpang hidup dari istrimu."
Ekspresi Witan langsung berubah. Tatapannya terhadap Sania pun tidak lagi seceria tadi.
Belakangan ini, Witan memang merasa sedikit tidak nyaman. Sania selalu bilang sibuk bekerja dan sering lembur, bahkan kadang tidak pulang.
Namun, siapa yang tahu apakah dia benar-benar lembur?
Sania memelototi Nindi, lalu mendorong Witan ke samping untuk membujuk

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda