Bab 1212 Benar-benar Melupakanmu
Setelah melihat itu, Sonny tersenyum seolah-olah semuanya biasa saja. “Nona Simpson, kau sudah mempersiapkan ini.”
“Beri tahu Yves kalau Farrel bukan lagi Farrel yang dulu. Dia lelakiku sekarang. Tidak ada yang bisa mengambilnya dariku.”
Yetta memegang tangan Farrel dengan erat saat mengatakan itu.
Pria itu akhirnya berada di sisinya; dia tidak akan membiarkannya pergi semudah itu.
Sonny tidak mau bertikai dan memerintahkan anak buahnya untuk mundur; dan menyebabkan kebuntuan di antara kedua pihak.
Yves dan Sally tiba saat kedua pihak itu menemui jalan buntu.
Begitu dia melihat Farrel, mata Sally langsung berkaca-kaca, dan tanpa sadar dia berlari ke arah pria itu.
Namun, langkahnya dihalangi.
“Minggir!” teriak Sally dengan lantang.
Orang itu tidak bergeming.
“Minggir kau. Minggir!” Sally menggila, menangis dan memukuli orang itu.
Farrel-nya kembali, tepat di hadapannya, tapi kenapa... kenapa dia tidak bisa mendekatinya?
Dia benar-benar ingin memeluk pria itu dan memberitahunya betapa dia merindukannya!
Yves menghampiri Sally dan memeluknya. Dia membujuk dengan lembut, “Tenanglah; jangan terlalu keras. Kita akan mencari cara untuk mengembalikan Farrel kepadamu.”
Sally membenamkan dirinya di pelukan Yves dan menangis tersedu-sedu, melampiaskan semua yang ada di pikirannya.
Farrel menatap ke arah dua orang yang sedang berpelukan tidak jauh darinya, alisnya berkerut.
Dia tidak tahu kenapa, tapi dia merasa kalau pemandangan itu sangat tidak enak dilihat.
Saat Yetta menyadari perubahan ekspresi di wajah Farrel, dia merasa cemas. Apa Farrel mengingat sesuatu?
“Farrel, ada yang salah?” tanyanya dengan hati-hati.
Farrel mengalihkan pandangannya, lalu menatap Yetta, dan melihat matanya yang khawatir. Dia tersenyum dengan lembut. “Aku tidak apa-apa.”
Pria itu tetap sama, tidak berubah.
Diam-diam Yetta menghela napas lega. “Syukurlah.”
“Yetta, siapa itu?” tanya Farrel, sambil menunjuk ke arah Sally.
Mata Yetta bergerak tak menentu. "Di-dia hanya temanku."
“Teman?” Farrel mengernyitkan dahinya.
“Kau tidak perlu tahu siapa dia.” Yetta menepuk tangan Farrel dan menatap Yves dan yang lain. “Apa menurutmu kau bisa membawanya begitu saja?”
Setelah mendengar itu, Sally, yang akhirnya tenang setelah cukup lama berusaha, meledak lagi. Dia mendorong Yves dan berteriak kepada Yetta, “Yetta, apa kau punya hati nurani? Farrel itu suamiku. Kembalikan dia!”
Dia tidak bisa mengendalikan air matanya.
Sambil menangis, Sally melihat saat Farrel menatapnya, tapi pria itu tampak tidak mengenalinya.
Pria itu tidak ingat padanya.
Rasanya seolah-olah sebuah pisau menusuk dadanya, dan dia tidak bisa bernapas.
“Farrel...” Sally menggigit bibirnya dengan perlahan, air matanya jatuh semakin deras.
Dia menangis seperti anak kecil yang kehilangan mainan kesayangannya.
Farrel mengangkat tangannya dan memegangi dadanya, alisnya berkerut dengan erat.
Kenapa hatinya terasa sakit saat melihat wanita itu menangis?
Yetta mengangkat alisnya dan bertanya dengan tenang, “Farrel, dia bilang kau adalah suaminya. Apa kau mengenalnya?”
“Tidak. Aku tidak mengenalnya.”
Kata-katanya jelas dan tegas, tanpa terlihat ragu sedikit pun.
Melihat wajah Sally yang langsung memucat, Yetta merentangkan tangannya dan terlihat tak berdaya. “Sally, dia bilang dia tidak mengenalmu. Aku tidak bisa apa-apa, ‘kan?”
“Jangan panggil aku Sally!” Sally menghapus air matanya dan tersenyum sinis. “Yetta, kau jelas tahu apa yang kau lakukan padanya. Biar aku memberi saran padamu, sesuatu yang kau curi tidak akan pernah jadi milikmu.”
Kata-kata itu langsung menyakiti Yetta. Dia tertawa terbahak-bahak untuk menyembunyikan rasa bersalahnya. “Tidak masalah jika dia akan menjadi milikku selamanya. Setidaknya untuk sekarang, dia milikku.”
Yves tidak tahan lagi dan berkata, “Yetta, kembalikan dia pada Sally. Dia tidak mencintaimu. Kenapa kau melakukan ini?”
“Kata siapa?” balas Yetta dengan marah.
Untuk membuktikannya pada mereka, dia menoleh ke arah Farrel, “Apa kau mencintaiku?”
Farrel sedikit mengernyit dan ragu, “Ya... Aku rasa.”
Dia benar-benar ragu!
Mata Yetta terbelalak dengan tidak percaya, ‘Bagaimana bisa?’
Setiap dia bertanya sebelumnya; selalu dijawab dengan ‘Ya’ tanpa ragu.
Apa yang terjadi?
Apa mungkin...
Dia tiba-tiba berbalik dan menatap Sally, lalu menggelengkan kepalanya. Itu tidak mungkin, sama sekali tidak mungkin.
Sebelum datang ke sini, dia menyuntik pria itu dengan obat lagi, yang membuatnya benar-benar melupakan masa lalu. Sangat tidak mungkin pria itu bisa mengingatnya.
Sally mengunci pandangannya ke Farrel dengan erat dan mengangkat tangannya ke dadanya, "Farrel, aku Sally. Kau bilang aku adalah orang yang paling kau cintai di hidup ini. Bagaimana kau bisa mencintai orang lain?”
Pada titik ini, air mata yang hangat mengalir di wajahnya.
“Akulah orang yang paling kau cintai.” Dia menggigit bibirnya dengan keras, mencoba mengalihkan rasa sakit di hatinya.
“Sally...”
Farrel membisikkan nama yang jelas asing tapi agak familiar ini. Hatinya terasa sakit.
Apa yang terjadi?
Tiba-tiba, wajahnya terasa dingin dan dia mengulurkan tangan untuk menyentuhnya. Itu basah.
Dia benar-benar menangis.
“Yetta, kenapa aku menangis?” Dia menatap Yetta dengan tatapan kosong.
Yetta langsung menghapus air matanya. “Pasti ada sesuatu yang masuk ke dalam matamu. Kau tidak menangis.”
‘Benar, dia tidak menangis.’
‘Bagaimana bisa dia menangis karena Sally?’
Yetta menghibur dirinya sendiri saat menghapus air mata Farrel.
Farrel tiba-tiba memegang tangannya dan menatap matanya yang panik. “Yetta, apa aku benar-benar tidak mengenalnya?”
“Aku... Bagaimana aku bisa tahu?” Yetta mengalihkan pandangannya karena merasa bersalah/ “Bukannya kau yang paling tahu apa kau mengenalnya atau tidak?”
“Aku...” Farrel beralih menatap Sally, berusaha untuk menggali ingatan dari kedalaman pikirannya.
Meskipun begitu, tidak peduli betapa keras usahanya untuk mencari wanita itu dalam pikirannya, dia tidak menemukan apa-apa.
“Sakit...” Farrel memegangi kepalanya dan mengerang.
“Farrel, berhenti memikirkan itu.” Yetta segera memegang tangan pria itu dengan susah payah. “Kau tidak mengenalnya. Kau tidak mengenalnya! Jangan pikirkan itu lagi.”
“Ada apa dengannya?” Sally bertanya dengan lembut, menatap Farrel yang sedang memegangi kepalanya.
“Ini semua karenamu!” Yetta memelototi Sally dan berkata dengan getir, “Dia sudah melupakanmu. Tolong lepaskan dia.”
“Tidak, aku tidak akan melepaskannya,” kata Sally sambil menggelengkan kepala.
“Lalu, kau mau dia mati?” tanya Yetta dengan kasar.
Sally mengernyit. “Apa maksudmu?”
Yetta menarik napas dalam-dalam. “Dia sudah benar-benar melupakanmu. Jika kau memaksanya untuk ingat, dia akan mati karena pembengkakan pembuluh darah.”
Setelah mendengar itu, wajah Sally menjadi sepucat kertas dan menatap wanita itu dengan tidak percaya.
“Apa yang sudah kau lakukan padanya?” Yves juga memasang ekspresi yang sama.
“Kalian tidak perlu tahu apa yang sudah aku lakukan padanya. Jika kalian benar-benar ingin dia selamat dan sehat, biarkan kami pergi.” Yetta mengatupkan kedua tangannya.
Sekarang semua tergantung Sally. Apakah dia akan menyerah.