Bab 1213 Satu-satunya Yang Kau Cintai Adalah Aku
Melihat Farrel menderita, Sally perlahan menutup matanya, hatinya terasa sakit saat dia berkata dengan lembut, “Yves, biarkan mereka pergi.”
Yves terkejut saat mendengar Sally mengatakan itu. “Sally, kau...”
“Selama dia selamat dan sehat, aku akan merasa lega.” Senyum getir tampak di wajahnya. Sally membuka matanya dan menatap Farrel.
“Dan untuk masalah yang lain, kita akan mencari cara.”
Farrel sudah kembali ke Ibu Kota. Karena itu, dia percaya kalau tidak lama lagi pria itu akan kembali padanya.
Dia tidak percaya kalau Farrel benar-benar melupakannya!
“Apa ini keputusan terakhirmu?” tanya Yves lagi, takut kalau Sally akan menyesali keputusannya.
Sally mengangguk. “Ya.”
Lalu Yves memerintah semua orang untuk berhenti dan melihat Yetta membawa Farrel masuk ke dalam mobil dan pergi.
Saat mobil itu menjauh, pandangan Sally tiba-tiba gelap.
“Sally!” seru Yves sambil bergegas menopang tubuh wanita itu sembari memerintah, “Sonny, ambil mobil.”
“Baik.”
Sonny langsung membawa mobil dengan cepat. Yves menggendong Sally masuk ke dalam mobil dan menuju rumah sakit.
Setelah diperiksa oleh dokter, ternyata Sally pingsan karena terlalu emosional.
“Dokter, apa dia benar-benar tidak apa-apa?” Yves merasa sedikit khawatir.
“Dia baik-baik saja. Jangan biarkan dia terlalu gelisah saat sadar nanti.”
Kemudian dokter itu pergi.
Yves menatap Sally yang terbaring di ranjang rumah sakit. Dia mengernyitkan dahi dan menyalahkan dirinya.
Dia sangat tahu kalau Sally tidak boleh merasa gelisah, dia tetap saja membawanya ke bandara.
Ini semua salahnya.
Saat itu, ponselnya berdering.
Telepon itu dari ibunya.
Dia menjawab, “Halo, Bu.”
Suaranya terdengar serak.
Sabrina mengernyit. “Yves, ada apa?”
Yves melirik ke arah Sally, lalu berkata dengan jujur, “Aku di rumah sakit.”
“Rumah sakit?” Sabrina berseru dengan pelan.
Terry, yang sedang membaca, meletakkan bukunya, mendongak dan menatap Sabrina dengan penasaran.
Sabrina segera berkata, “Apa yang terjadi? Kenapa kau ada di rumah sakit?”
“Sally pingsan.”
Setelah mendengar itu, Sabrina terhuyung-huyung. Terry segera menopang tubuh istrinya.
Sambil memegang ponselnya dengan kedua tangannya, dia bertanya lagi, “Apa yang terjadi? Kenapa Sally pingsan?”
“Ibu, suaramu tidak jelas di telepon. Aku akan menceritakannya saat aku kembali.”
“Kau di rumah sakit mana?” Bagaimana dia bisa menunggu sampai Yves pulang? Dia sudah sangat cemas!
Terry dan Sabrina bergegas pergi ke rumah sakit, dan saat mereka melihat Sally terbaring di ranjang rumah sakit, mereka berdua tidak dapat menerimanya.
Dia baik-baik saja saat pergi dari rumah. Beberapa saat kemudian, dia tampak tidak berdaya di ranjang.
“Yves, apa yang terjadi?” Terry berbalik dan menatap putranya dengan tegas.
Yves berpikir sejenak, lalu berkata perlahan, “Ayah, Ibu, aku sudah menyembunyikan sesuatu dari kalian.”
Terry dan Sabrina saling bertatapan, lalu mereka menatap Yves.
“Farrel hilang di Italia.”
“Hilang?” Sabrina terkejut.
“Baru setelahnya kita tahu kalau dia diculik Yetta.”
“Yetta?”
Terasa lebih mengejutkan daripada tahu kalau Farrel menghilang.
“Kenapa Yetta bisa melakukan itu?” Sabrina terkejut dan tidak dapat mempercayainya.
“Dia membawa Farrel pulang malam ini.”
Terry mengernyit. “Jadi kalian berdua pergi ke bandara?”
Yves mengangguk. “Awalnya kami ingin membawa Farrel pulang, tapi kami tidak menyangka kalau Farrel sudah melupakan Sally. Dia bahkan tidak ingat siapa dirinya.”
“Bagaimana ini bisa terjadi?” Sabrina menatap Sally yang terbaring di ranjang rumah sakit, alis dan matanya tampak tertekan.
“Di mana Farrel sekarang?” tanya Terry.
“Dia pergi dengan Yetta.”
Semakin Sabrina memikirkannya, semakin terasa aneh. “Kenapa Yetta bisa melakukan ini semua? Farrel itu suami Sally; apa yang dia inginkan darinya?”
Yves menggigit bibirnya. “Dia menyukai Farrel.”
“Bahkan jika dia menyukainya, dia tidak bisa menyakiti orang lain. Sally bahkan menganggapnya sebagai teman.” Sabrina merasa marah. “Tidak, aku harus menyelesaikan ini dengannya.”
Dia berbalik dan menuju ke pintu keluar.
Terry segera menghentikannya. “Kau mau ke mana?”
“Aku akan pergi ke kediaman Simpson!” Sabrina tidak bisa menahan emosinya, terutama karena dia sangat menyukai orang ini.
Tindakan Yetta benar-benar menodai hubungan mereka.
“Ini sudah larut. Apa kau akan bisa menemuinya sekarang?” Terry membelai punggung Sabrina. “Kau jaga Sally; biarkan masalah Farrel diurus oleh Yves.”
“Benar, Bu. Bahkan jika kau pergi, dia mungkin tidak mau bertemu denganmu,” kata Yves.
Sabrina menghela napas dengan berat. “Aku benar-benar merasa bersalah atas apa yang terjadi pada Sally.”
Terry menepuk punggungnya lalu berkata pada Yves, “Mari bicara di luar. Ibumu akan tetap di sini dan menemani Sally.”
“Baiklah.”
Yves dan Terry berjalan ke luar bangsal bersama-sama.
“Apa rencanamu?” tanya Terry saat mereka berjalan ke arah sudut lorong.
Yves menggelengkan kepalanya. “Aku sangat bingung sekarang. Aku tidak tahu harus berbuat apa.”
Terry terdiam.
“Ayah, jika kita melawan keluarga Simpson dan menyinggung mereka, apa dampaknya akan signifikan pada keluarga kita?” tanya Yves.
Terry mengangkat alisnya. “Apa yang ada di dalam pikiranmu?”
“Jika cara yang lain gagal, kita akan menerobos masuk ke dalam rumahnya dan membawanya.”
“Kita ini masyarakat yang patuh hukum. Kau ingin menerobos masuk ke rumah mereka dan menculik seseorang?” Terry tidak setuju dengan ide itu.
“Lalu apa yang harus kita lakukan?”
Itu karena dia mengenal Yetta, maka dia berani menculik seseorang.
Bahkan Karl saja tidak bisa mengendalikan Yetta.
“Kita harus berdiskusi dengan Yetta,” kata Terry. “Jika tidak berhasil, kita akan minta Karl untuk maju.”
Yves tersenyum. “Ayah, kau salah. Yetta tidak akan mendengarkan kakaknya.”
“Benarkah?” Dia merenung sejenak, lalu berkata, “Kenapa tidak aku saja yang datang langsung ke kediaman Simpson untuk menemui Yetta. Dia mungkin akan menunjukkan sopan santun karena aku orang tua.”
Itu sepertinya tidak akan berhasil, tapi Yves bersedia untuk mencobanya.
“Baiklah, kita akan pergi ke kediaman Simpson besok pagi.”
Terry mengangguk. “Baiklah.”
…
Farrel masuk ke dalam mbil dan menatap Sally melalui jendela.
Hatinya terasa sakit.
“Cukup. Jangan lihat lagi.” Yetta menarik kepala Farrel untuk menatapnya dan tersenyum. “Mulai sekarang, orang itu tidak ada hubungannya lagi denganmu, mengerti?”
Farrel mengernyit. “Yetta, apa hubungan dia denganku? Apa dia benar-benar orang yang aku cintai?”
“Tidak. Orang yang kau cintai adalah aku,” Yetta mengatakan itu dengan sangat jelas.
“Tapi...”
“Baiklah, jangan bicarakan ini lagi.” Yetta menutup mulut Farrel dan menatapnya dengan penuh kasih sayang. “Yang kau perlu ingat hanya akulah orang yang kau cintai.”
Farrel tidak mengatakan apa-apa.
Dia menoleh untuk melihat pemandangan di luar jendela. Mulai saat dia sadar dan melihat Yetta, dia percaya dengan semua kata-katanya.
Namun, sekarang dia merasa ragu akan semua itu.