Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 496 Siapa Yang Akan Memberiku Manisan Kalau Kau Meninggal?

Ketika Felix menyebutkan pernikahan, semua orang tiba-tiba mengalihkan perhatian mereka. Sally dan Farrel bertukar pandang dan menyilangkan jari dengan senyum manis di wajah mereka. "Felix ada benarnya, pernikahan memang memiliki banyak hal untuk dipersiapkan." Nyonya Jahn, yang berdiri di samping mereka, berbinar di matanya sambil bertepuk tangan dengan antusias. Dia menoleh ke depan untuk bertanya kepada putranya, "Ini mengingatkanku akan sesuatu, Farrel, apakah kau sudah menyusun daftar tamu? Apakah semuanya sudah disiapkan dengan benar?" Farrel menganggukkan kepalanya dan bibirnya yang tipis bergerak. "Daftar tamu masih dalam persiapan. Aku akan membiarkan kau melihatnya setelah aku selesai menyiapkannya, kalau-kalau aku lupa ada beberapa kerabat jauh yang belum dimasukkan ke dalam daftar tamu." Setelah dia mengatakan itu, dia berbalik untuk melihat Sally dan ada cahaya yang bersinar di matanya. Pernikahannya akan semeriah mungkin. Keluarga Jahn tidak memiliki banyak anggota keluarga, tetapi kerabat jauh membentuk sebuah kerabat yang lebih besar yang tentunya memiliki lebih banyak orang. Apa yang direncanakan Farrel adalah mengundang ratusan orang dari Keluarga Besar Jahn, termasuk semua kerabat jauh. Dia akan memberi tahu mereka bahwa Sally akan menjadi wanita Keluarga Jahn di masa depan. Nyonya Jahn terus mengangguk dan dia menyarankan, "Ya, dan mari kita pesan tempat yang lebih besar untuk pernikahan. Ada terlalu banyak orang di pihak kita, Dan ditambah lagi, kau akan mengundang teman-temanmu nantinya. Pasti akan ramai sekali." Nyonya Jahn tidak bisa menyembunyikan senyuman puas di wajahnya ketika dia memikirkan bagaimana pernikahan ini nantinya. Dia tidak percaya bahwa putra sulungnya telah menemukan kekasih hidupnya dan akan menikah. Farrel dulu terkenal karena tingkah lakunya yang aneh dan sikap dinginnya. Itu sebabnya tidak ada wanita yang berani berada di sampingnya untuk waktu yang lama. Belum lagi ada Xander, yang selalu membuat setiap gadis kaya itu mengurungkan niatnya untuk mendekati Farrel. Itulah mengapa dia mengira putra sulungnya akan mati sendirian. Namun, dengan munculnya Sally, dia berhasil melihat secercah harapan. Felix, sambil memakan sebuah apel besar, bergumam dan menyelanya, "Ibu, kau tidak perlu khawatir mengenai tempat itu. Kau tahu betapa cakapnya saudaraku, yakinlah." Nyonya Jahn mengangguk setuju. Felix memandang Sally dan bertanya dengan rasa ingin tahu. "Dan oh, kakak ipar, siapa saja yang akan kau undang? Berapa banyak kerabat dan teman? Aku akan membantu kalian untuk menyusun daftar tamu." Dia bahkan tidak menyadari apa yang salah dengan pertanyaan itu, dan Farrel sudah memberikan tatapan dingin ke arahnya. Pandangan itu untuk mengingatkannya bahwa dia telah mengemukakan topik yang tidak tepat pada saat ini. Sally tidak terlalu mempermasalahkannya. Dia mencubit Farrel untuk menunjukkan kepadanya bahwa dia baik-baik saja. Dan kemudian dia tersenyum damai kepada Felix, "Aku tidak punya banyak teman baik yang aku inginkan untuk menghadiri pernikahanku. Aku pikir aku tidak akan mengundang siapa pum. Dan sebenarnya aku tidak tahu banyak tentang pernikahan dan aku hanya akan membiarkan ibu yang mengurusnya." Dia dengan terampil menangkis pertanyaan mengenai teman dan keluarganya. Felix menyadari apa yang telah dia lakukan setelah dia mendengar jawabannya. Dia menyentuh dagunya dengan canggung dan menundukkan kepalanya dengan penyesalan. Pertanyaan dan jawaban yang canggung membuat suasana menjadi sedikit aneh. Semua orang memusatkan perhatian mereka pada Sally. Ada kesedihan di mata mereka. "Seberapa banyak kesedihan yang disembunyikan gadis ini di balik senyum lembutnya?" Xander juga sedang makan apel di sebelah Felix. Setelah mendengar jawaban Sally, dia meletakkan apel itu dan berlari ke arahnya. Dia memeluk lehernya dan memberikan ciuman besar di wajahnya. "Xander sangat mencintai ibu. Ibu, jangan sedih." Sally tertawa dan mengelus kepala kecilnya. "Ibu tidak sedih sama sekali, sekarang aku sudah memiliki kalian semua." Dia mengalami sesuatu yang menyedihkan sebelumnya, tetapi sekarang dia benar-benar bahagia. Dia memiliki suami yang tampan, Xander yang menggemaskan, dan cinta yang selalu memanjakannya dari seluruh keluarganya. Apa lagi yang mungkin dia inginkan? Farrel memandangi pasangan ibu dan anak itu dan muncul senyum di sudut mulutnya. Nyonya Jahn adalah orang yang menanggapi ucapan Sally. Dia mengangguk untuk mengatakan ya, "Sally benar. Kau memiliki kami sekarang." Dia membuka kunci iPad-nya dan menunjukkan beberapa contoh gaun pengantin yang dia pilih tadi malam kepada Sally. "Sally, coba lihat ini. Ini adalah beberapa gaun pengantin dan perhiasan yang aku pilih dari beberapa toko. Kau bisa memutuskan mana yang paling kau suka." Orang-orang yang ada di ruangan itu segera menghampiri Nyonya Jahn dan Sally untuk ikut melihatnya. Felix, yang melihat bahwa suasana sudah mulai mencair, bergabung dengan kerumunan juga. Dia melihat dan mengangguk seolah sedang memikirkan sesuatu. Dia menunjuk salah satu gaun pengantin yang paling indah dan berkata, "Ini terlihat bagus dan mewah. Ini juga cukup pas untuk acara besar. Sepertinya ini cocok sekali untuk kakak ipar." Ibunya tidak keberatan dengan kata-katanya, dia terus menatap Sally sambil tersenyum dan bertanya, "Sally, bagaimana menurutmu?" Sally menggigit bibirnya dan meminta bantuan Farrel, "Bagaimana menurutmu?" Felix merasa diabaikan sehingga dia harus mengatakan sesuatu untuk menarik perhatian. Dia menepuk bahu Farrel, dan dengan alis terangkat, dia berkata dengan sikap usil, "Jika aku harus memilih, aku hanya akan memilih yang paling mahal dan mewah. Kakakku hanya memiliki kesempatan sekali untuk menikah dalam hidupnya, jadi itu harus mewah." Nada sarkasme dalam suaranya terdengar dengan jelas. Sally mendengar kata "menikah" dan muncul rona merah di wajahnya yang berkulit terang. Dia menurunkan matanya karena malu. Farrel menatap adiknya yang usil ini dan dia menyipitkan matanya. Dia berkata dengan suara dingin, "Siapa yang membuatmu menjadi bernyali besar akhir-akhir ini? Aku akan menjadikanmu seorang menantu yang hanya bisa mendekam di rumah saja, seperti mengirimmu langsung ke rumah gadis itu, apa kau menginginkannya?" Ada ancaman dalam suaranya yang dingin. Felix menelan ludah dan menjawabnya dengan merinding, "Kau tidak bisa melakukan itu. Ibu tidak akan membiarkanmu melakukannya. Benar kan, Bu?" Dia memandang Nyonya Jahn untuk meminta bantuan. Nyonya Jahn mengangguk dan berkata, "Ya." Felix senang mendengarnya, dan dia meletakkan tangannya di pinggang dengan sikap puas diri. "Lihat, aku tahu ibu tidak akan mengizinkannya." Nyonya Jahn menyelesaikan kalimatnya, "Ya untuk kakakmu. Aku tidak berpikir itu akan menjadi ide yang buruk jika kau menjadi seorang menantu yang bisanya hanya mendekam di rumah. Setidaknya kau akan berperilaku seperti itu, kan?" Dia mengisyaratkan suaminya untuk ikut menyetujui perkatannya dengan mencoleknya. Tuan Jahn membalik halaman koran yang ada di tangannya dan dia mengangguk untuk menyetujui kata-kata istrinya. Felix, sedetik sebelumnya, sedang memprovokasi Farrel. Sekarang dia berdiri di sana, merasa terpojokkan dan membeku, dengan sebuah kebenaran kejam yang menghantam pikirannya. Sally tidak bisa menahan diri, dan dia melemparkan dirinya ke pelukan Farrel dan mulai tertawa. "Sekarang kau tahu di mana posisimu dalam keluarga ini, ya?" Farrel mengangkat alisnya juga. "Kalian! Kalian sudah keterlaluan dengan ini!" Felix diserang oleh setiap pihak dan setiap perkataan orang itu menusuk hatinya. Dia berteriak dan kemudian berkata dengan kebencian, "Aku akan mati di depan kalian!" Xander, yang merupakan satu-satunya yang tidak mengatakan apa-apa, melangkah maju dan berlari ke Felix. Dia berdiri berjinjit dan ingin meniru gerakan mengelus kepala yang sering dilakukan Sally kepadanya. Dia terlalu pendek dan dia hanya bisa mencapai kaki Felix. Dia kemudian berkata dengan mimik muka serius di wajahnya, "Paman, kau tidak boleh meninggal. Siapa nanti yang akan membelikanku manisan jika kau meninggal?" Felix sangat tersentuh oleh kata-katanya. Dia mengangkatnya dan mulai menciumnya dengan merajalela. Dia menghela nafas dan berkata, "Xander adalah satu-satunya orang yang peduli padaku di keluarga ini! Kau sangat perhatian pada pamanmu!" Farrel memiliki senyum yang mengejek di sudut mulutnya. "Sungguh bodoh. Anakku hanya ingin permen, itu saja..." Tapi dia tidak ingin membuat Felix lebih sakit lagi.

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.