Bab 16
Bernard berdiri di barisan depan, menatap tajam ke arah Sania di atas panggung, dengan hati yang berdebar tak terkendali.
Selama ini, dia tak pernah tahu bahwa Sania bisa bermain piano.
Sania bahkan bermain piano dengan mata tertutup. Para maestro kelas dunia pun belum tentu bisa mencapai level sehebat itu.
Juga belum tentu bisa semenyentuh jiwa seperti ini!
Ini jelas sebuah bakat musik yang luar biasa.
Bernard merasa seolah-olah dia baru mengenal kembali Sania.
Wanita yang dulu diabaikannya, yang pernah dia remehkan, ternyata menyimpan cahaya yang begitu gemilang.
Di bawah panggung, mata Riko membara penuh gairah. Sudah bertahun-tahun dia tak mendengar alunan piano dari Sania.
Setelah lagu usai, Sania perlahan membuka matanya, bulu mata panjangnya bergetar lembut seperti sayap kupu-kupu, begitu indah hingga membuat orang terpesona.
Seluruh ruangan hening tak bersuara. Semua orang masih tenggelam dalam keindahan nyanyian dan alunan piano yang baru saja mereka dengar, hingga sulit untuk

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda