Bab 174
Mungkin karena gerakannya terlalu liar, atau mungkin karena suasana yang terlalu panas, topeng di wajah Karina tiba-tiba longgar dan jatuh.
Menampakkan wajah yang tenggelam dalam alkohol dan nafsu.
Windi langsung siaga.
"Cepat! Ambil gambar close-up! Sekarang!" bisiknya tajam, menekan suara serendah mungkin.
Pria di sebelahnya panik, tetapi berhasil mengarahkan kamera tepat ke wajah Karina yang tidak menyadari apa pun.
Skandal ini dijamin meledak!
...
Tiga hari kemudian, saham Grup Lukman anjlok seperti layang-layang putus tali, lalu jatuh bebas, menyentuh batas bawah lagi.
Di kantor, Riko tetap tenang seperti batu karang. Jari-jarinya menari di atas papan ketik, menyelesaikan urusan luar negeri, sesekali bangkit menyambut tamu penting.
Kemarin, pihak berwenang datang langsung dan melakukan wawancara serius.
Masalah ini sudah menarik perhatian tingkat tinggi.
Sania mulai gelisah. Dia melangkah ke meja kerja Riko, keningnya berkerut.
"Kak Riko, ini nggak bisa dibiarkan. Saham jatuh teru

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda