Bab 218
Tatapan dinginnya tertuju pada tangan yang dipegangnya, suaranya mengandung ancaman yang sama sekali tidak disembunyikan.
"Tangan secantik ini, nggak mau dipakai lagi, ya?"
Sania merasakan kulit kepalanya merinding, tapi tetap berusaha memaksakan senyum di wajahnya. "Aku hanya bercanda saja, untuk mencairkan suasana."
"Aku juga ingin bercanda dengan Nona Nova," bisiknya di telinga Sania dengan suara rendah dan nada mengejek.
"Sekarang kamu punya dua pilihan. Pertama, tinggalkan kedua tanganmu. Kedua, hibur aku."
Menghiburnya?
Kepala Sania seperti berdengung. Kenapa kata itu terdengar begitu mesum?
"Sudah memutuskan, Nona Nova?"
Suaranya tanpa emosi, namun membuat Sania merasakan tekanan tak terlihat.
"Aku ... aku harus menghiburmu?" Suaranya terdengar kering. "Bagaimana caranya menghibur?"
Pria itu tidak menjawab, tapi tangan satunya tiba-tiba melingkari pinggang rampingnya.
Telapak tangan itu panas membakar. Meski hanya melalui lapisan pakaian tipis, panasnya membuat kulit Sania merin

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda