Bab 219
Dia mulai mengubah sedikit pandangannya terhadap wanita itu.
...
Malam mulai larut, namun arena pertarungan dipenuhi sorak-sorai, hawa panas di dalam hampir membakar udara.
Di lantai, noda darah berwarna merah gelap bersilang-silang, menjadi saksi kebrutalan yang baru saja usai.
Petarung terakhir, berlumuran darah dari ujung kepala hingga kaki, akhirnya menebas serigala raksasa itu dengan pedangnya. Dia berdiri tegak di atas panggung tinggi, menerima sorakan yang menggema bagaikan ombak di seluruh arena.
Tiba-tiba, lantai di tengah arena retak, sebuah sangkar besi raksasa perlahan terangkat ke atas.
Di tengah sangkar, Windi meringkuk ketakutan, kedua tangannya diikat erat dengan tali rami kasar, mulutnya pun dibekap kain yang membuatnya kesakitan.
Dialah hadiah bagi pemenang malam ini.
Keputusasaan bagai gelombang yang menenggelamkannya. Dia meronta dengan sia-sia. Dari sudut matanya, dia sekilas melihat sosok seorang pria di atas panggung tinggi.
Pria itu mengenakan topeng perak seten

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda