Bab 223
Windi segera bangkit, bergegas masuk ke kamar mandi untuk mencuci muka.
Suara derasnya air tetap tidak mampu menutupi detak jantungnya yang kacau saat ini, dia ingin segera bertemu dengan Sandi.
Beberapa menit kemudian, dengan mengenakan gaun mandi, dia menarik napas dalam-dalam, lalu memutar gagang pintu.
"Ciiiit ... "
Di depan pintu, dua pengawal berbadan tegap dengan setelan jas hitam berdiri kaku bak patung penjaga, wajah tanpa ekspresi.
Windi menenangkan diri, lalu berkata, "Aku ingin bertemu Pak Sandi."
Salah satu pengawal bahkan tidak mengangkat kelopak matanya, suaranya dingin dan keras. "Pak Sandi bukan orang yang bisa kamu temui sesukamu."
Windi menggigit bibirnya, lalu mengganti ucapannya. "Aku lapar, ingin pergi ke restoran untuk makan."
Pengawal lainnya berkata, tetap dengan nada resmi, "Pak Sandi sudah berpesan, kamu nggak boleh melangkah keluar dari kamar ini sedikit pun. Nanti akan ada orang yang mengantarkan makanan."
Cara halus tidak berhasil, maka Windi berganti deng

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda