Bab 224
Jantung Sania berdebar kencang, kakinya refleks mundur sedikit.
Pria ini memancarkan aura berbahaya yang membuat orang sesak napas.
Stefan perlahan menundukkan kepala, embusan napas hangatnya hampir menyapu kulit Sania, dan sorot mata yang dalam itu mengunci Sania. Tujuan pria ini jelas, dia ingin mencium wanita ini.
"Pak Stefan!"
Sania tiba-tiba meninggikan suaranya, dengan nada bergetar yang bahkan tidak dia sadari.
"Apa kamu ingin merasakan lagi bagaimana rasanya keracunan?"
Gerakan Stefan terhenti, tetapi sudut bibirnya justru terangkat membentuk senyum acuh tak acuh. Suara beratnya mengandung daya pikat yang menggetarkan hati.
"Mati karena cinta, tetap dianggap mulia."
Obat itu sama sekali tidak diminumnya. Dia tahu Sania hanya ingin menggertaknya. Saat ini, matanya dipenuhi hasrat untuk memiliki yang makin kuat.
"Takut padaku?" Stefan tertawa kecil. "Nona kecil, ini wilayahku, kamu nggak akan bisa kabur."
Jarinya perlahan mengangkat dagu Sania, dengan kekuatan yang tidak memberi

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda