Bab 233
Mobil sedan hitam melaju kencang, raungan rendah mesinnya mengoyak keheningan siang hari.
Mobil itu sudah melaju selama hampir sepuluh menit.
Arahnya menuju ke bandara.
Riko merangkul Sania erat dalam pelukannya, bibir tipisnya sesekali menempel pada helai rambut wanita itu, membawa suhu panas membara.
"Sebentar lagi, Sania. Sebentar lagi kita sampai di bandara."
"Bertahan sedikit lagi." Riko menenangkan dengan suara rendah. Namun, suaranya serak tertahan, kegelisahan pria itu bahkan lebih besar daripada kecemasan Sania.
Tubuh Sania lemas seluruhnya, bahkan tenaga untuk mendorong pria itu pun telah habis.
Sania menggigit bibirnya, kukunya menancap dalam di telapak tangan, berusaha mempertahankan sisa kejernihan di benaknya.
Tidak boleh ... dia harus melarikan diri!
Di kursi penumpang depan, lewat kaca spion, Sarah menyaksikan jelas bayangan dua orang yang saling berpelukan di belakang.
Hatinya seakan dicengkeram sesuatu dengan keras lalu disobek, hingga berdarah-darah.
Pemandangan itu

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda