Bab 265
Sania merasa sangat gelisah. Dengan terburu-buru, dia mengganti pakaiannya, lalu berlari menuruni tangga.
Di restoran di lantai bawah, Sandi dan Windi sedang menikmati makan siang.
Aroma makanan memenuhi udara, tetapi tidak mampu menenangkan kegelisahan Sania.
Begitu melihatnya, Windi langsung meletakkan pisau dan garpu, berlari menghampiri dengan mata besar penuh kekhawatiran.
"Sania, akhirnya kamu bangun juga! Astaga, kamu mabuknya lebih parah dari aku!"
Dia menggenggam tangan Sania, menyentuh dahinya. "Sakit kepala nggak? Aku sudah suruh koki di dapur bikin sup pemulihan, cepat minum sedikit."
Sania tentu tidak punya waktu untuk itu. Matanya menyapu ruangan dengan cemas.
"Ber ... Pak Stefan di mana? tanyanya dengan napas terengah-engah, suaranya pun agak bergetar.
Windi mengerutkan keningnya, tampak bingung. "Pak Stefan? Nggak kelihatan, mungkin ... masih tidur?"
Hati Sania langsung tenggelam. Dia berbalik, hendak naik ke atas.
"Pak Stefan pagi-pagi sudah pergi." Suara Sandi tiba-ti

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda