Bab 266
Suara deru baling-baling helikopter semakin mendekat.
Tidak lama kemudian, Sania mendarat dan melangkah dengan sigap. Di sisinya berdiri Sandi dengan postur tegap, wajah dingin.
Di belakang mereka, empat anggota tim mengikuti, masing-masing dengan ekspresi tegas dan aura yang mengintimidasi.
Bernard segera melangkah maju, keningnya mengerut dalam.
"Kenapa kamu datang ke sini?" Suaranya menahan amarah. "Kamu nggak tahu tempat ini berbahaya?"
Sania hanya melirik sekilas dengan sorot mata yang dingin. "Ini urusan antara aku dan dia. Nggak seorang pun bisa menggantikan posisiku."
Nada suaranya datar, tetapi setiap kata terdengar jelas dan tegas.
Bernard menatap tajam ke arah Sandi.
Sandi hanya menunjukkan sedikit ekspresi tidak berdaya, sudut bibirnya tampak bergerak sedikit.
Ekspresi itu seolah berkata, "Nanti saat menyelamatkan ayah mertua, semoga kamu tetap setenang ini."
Suara angin di gunung menderu.
Tidak lama kemudian, Erwin benar-benar muncul.
Dia berdiri di mulut gua setinggi bela

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda