Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 1

Wulan merupakan putri dari sopir Keluarga Lesmana. Awalnya, Wulan tidak menarik perhatian Keluarga Lesmana. Namun, tiga tahun yang lalu, sejak putra bungsu kesayangan Keluarga Lesmana, Steven, mengalami kecelakaan mobil yang menyebabkan kebutaan permanen, kepribadiannya berubah total. Selain Wulan, Steven tidak mau mendengarkan perkataan siapa pun. Wulan telah merawatnya selama tiga tahun. Demi membalas budi kebaikan Wulan, Keluarga Lesmana terpaksa mengumumkan kepada publik bahwa dia adalah tunangan Steven. Pada hari pertunangan, Steven tiba-tiba mendapatkan kembali penglihatannya. Akhirnya, acara pertunangan mereka ditunda sementara. Steven berteriak dan membuat keributan di dalam kamar. "Sekarang aku sudah bisa melihat lagi, mengapa aku harus menikahi putri seorang sopir? Memangnya Keluarga Lesmana sudah bangkrut?" Bu Mia, ibunya Steven merasa sangat senang, tetapi dia berpura-pura terlihat sedih. "Tanpa perhatian tulus dari Wulan, mana bisa kamu sembuh secepat ini? Sebagai manusia, kita harus tahu berterima kasih." "Tapi perasaan memang nggak bisa dipaksakan, kalian coba berinteraksi lebih lama dulu. Kalau benar-benar nggak cocok, nggak apa-apa putus." Acara pertunangan ini akhirnya menjadi sebuah lelucon. Keluarga Lesmana mengatakan kepada orang luar bahwa Steven masih membutuhkan waktu untuk pemulihan karena matanya baru saja sembuh. Namun, orang-orang yang pintar pun tahu bahwa Keluarga Lesmana sebenarnya tidak setuju dengan pertunangan ini karena merasa latar belakang Wulan tidak sepadan dengan Keluarga Lesmana. Meskipun Keluarga Lesmana bertindak tidak adil, hanya Wulan yang menerima cercaan. "Benar-benar nggak tahu diri. Mentang-mentang dia telah merawat Pak Steven selama beberapa tahun, dia berani berkhayal bisa menikah dengan Pak Steven, jangan mimpi!" "Kalau bisa semudah itu menjadi menantu keluarga kaya, aku mau terlahir kembali menjadi pelayan keluarga kaya." Sementara itu, Wulan yang menjadi buah bibir orang, saat ini sedang berlutut di ruang kerja Bu Mia sambil mendengarkan nasihat. "Masalah perasaan nggak bisa dipaksakan. Steven nggak mencintaimu. Meskipun aku memaksanya untuk menikahimu, kamu juga nggak akan bahagia." "Karena kamu telah merawatnya dengan sepenuh hati, aku beri waktu tiga bulan. Kalau Steven setuju, pernikahan kalian akan dilanjutkan. Kalau ternyata dia nggak setuju, akhiri hubungan kalian, lalu aku akan memberimu kompensasi sebesar dua miliar, bagaimana menurutmu?" Wulan terus menundukkan kepala, bulu matanya yang panjang menutupi lingkar hitam di bawah matanya. Dia mengangguk pelan. Saat dia akan berbalik untuk pergi, dia mendapat perintah dari Bu Mia. "Mata Steven baru sembuh, dia nggak boleh minum anggur dulu. Jemput dia pulang sekarang." Ayah Wulan, Pak Vito, mengantar Wulan sampai ke depan pintu bar. Di luar sedang hujan, Wulan ingin membuka payung untuk turun dari mobil, tetapi payungnya diambil oleh Pak Vito. "Bu Mia memintaku membiarkan kamu turun tanpa payung supaya hati Pak Steven tergerak saat melihat tubuhmu basah kuyup." Embusan angin di musim hujan terasa sangat dingin, membuat tubuh Wulan gemetar. "Perlu sampai segitunya, Ayah?" Pak Vito terlihat sedih. "Keluarga Lesmana telah menyelamatkan nyawa ibumu, juga telah memberi kita tempat berlindung. Kita harus tahu diri." "Ayah sudah mengajukan surat pengunduran diri kepada Pak Anton. Setelah mengundurkan diri, Ayah akan membawamu meninggalkan rumah Keluarga Lesmana." Wulan tersenyum pahit, kemudian berbalik, dan masuk ke dalam bar yang ramai. Begitu masuk ke dalam bar, tubuh Wulan makin menggigil karena AC di dalam sangat dingin. Tidak lama kemudian, dia melihat Steven duduk di posisi yang paling mencolok, dikelilingi oleh banyak wanita cantik, dengan gaya yang bebas dan percaya diri. Wulan melangkah maju, tetapi orang-orang seolah-olah sama sekali tidak melihatnya, bahkan tidak memberinya kesempatan untuk mendekati Steven. Dengan terpaksa, Wulan meneriakinya. Sebelum kata-katanya selesai, sebuah gelas minuman meluncur ke arahnya. Suasana tiba-tiba menjadi hening. "Sialan, buat apa kamu teriak-teriak? Mengagetkanku saja!" Tatapan Steven tampak acuh tak acuh, membuat siapa pun tidak akan percaya bahwa pria ini adalah orang yang semalam masih memeluk Wulan dengan manja. Wulan melihat ke bawah, lalu mengatakan dengan lembut. "Matamu baru sembuh, jangan minum anggur terlalu banyak. Ayo, kita pulang." Setelah tiga detik hening, terdengar tawa yang menggelegar, seseorang mulai berbicara. "Pak Steven, pembantu kecil di rumahmu datang ke sini untuk mengaturmu?" "Haha, biasanya istri yang mengatur, tapi ini pertama kalinya aku melihat pelayan mengatur majikan, konyol sekali." Ada orang lain yang menimpali, "Pelayan ini sangat berdedikasi, bagaimana kalau Pak Steven menyerahkannya padaku? Aku juga ingin diperhatikan." Steven bersandar di sofa besar sambil mengembuskan asap rokok, tampak pria itu tersenyum samar. "Wulan, kamu mau tanggung konsekuensi dari membuatku malu?" Melihat Wulan yang masih diam, Steven meletakkan sebotol anggur merah yang belum dibuka di samping kakinya, lalu menendangnya pelan, hingga botol anggur itu bergulir ke arah kaki Wulan. "Tunjukkan kesungguhanmu, maka aku akan ikut pulang denganmu." Wulan refleks menyentuh perut, hari ini adalah hari pertama haidnya, saat yang paling menyakitkan baginya. Selama tiga tahun, setiap kali dia datang bulan, Steven selalu membantunya menghangatkan perut, dan berkata, "Kamu biasanya merawatku, sekarang giliran aku merawatmu." Meskipun dia tidak mengerti mengapa sikap Steven berubah drastis setelah mata pria itu sembuh, Wulan masih yakin bahwa Steven masih memiliki hati yang hangat seperti dulu. Wulan mengangkat pandangannya. Saat dia hendak mengatakan sesuatu, dia melihat Steven tersenyum sambil melihat dia menutupi perut. Wulan langsung mengerti. Dia membungkuk, mengambil botol anggur, mencabut sumbatnya, dan meminumnya. Dia minum sampai tetes terakhir, tenggorokannya yang putih bergerak naik turun saat menelan. Steven menatapnya tanpa berkedip, tiba-tiba muncul hasrat dalam diri pria itu. Pada detik berikutnya, kepala Wulan menghadap ke bawah, dipanggul di bahu Steven, lalu dibawa ke ruang VIP sebelah yang kosong.
Bab Sebelumnya
1/26Bab selanjutnya

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.