Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 7

Ketika Wulan mengambil kotak abu ayahnya dan bersiap untuk pergi, seorang petugas dengan tergesa-gesa keluar dari dalam dan menyerahkan sebuah kartu anggota Klub Noir. "Saya diminta Pak Steven memberikan ini kepada Anda." "Sebelum Anda datang, Pak Steven menunggu di sini sebentar, tapi karena ada urusan mendesak, beliau pergi lebih dulu. Beliau berpesan, Anda ditunggu di Klub Noir. Hanya dengan menunjukkan kartu ini, Anda baru bisa masuk ke Klub Noir." Wulan menerima dengan ekspresi datar, lalu berjalan ke luar krematorium dan membuang kartu itu ke semak-semak di samping. Saat kartu anggota itu jatuh ke semak-semak, Wulan menerima pesan di ponselnya. Ketika membuka pesan itu, Wulan melihat tiket pesawat atas namanya. Di Klub Noir, Steven menggoyangkan dadu dengan santai, tetapi kelihatan jelas bahwa dia sedang tidak fokus. Teman di sebelahnya menyentuh gelas anggur di depannya sambil berkata. "Pertemuan ini diadakan khusus untuk Wulan. Setelah nanti Wulan datang, suruh Cindy minta maaf kepadanya, masalah ini pun beres." Di samping, ada seseorang menimpali, "Ya, toh Cindy nggak sengaja melakukannya. Kalau Wulan masih memperbesar masalah, itu berarti dia nggak pengertian. Dia benar-benar mengira dirinya ... " Sebelum selesai bicara, orang itu tiba-tiba merasakan aura dingin dan menakutkan dari Steven di sampingnya, dan tanpa sadar terdiam. Steven mengalihkan pandangannya. Saat melihat jam tangan, sudah dua jam sejak pegawai krematorium memberikan kartu anggota klub kepada Wulan, tetapi sampai sekarang Wulan belum juga datang. Dia mengeluarkan ponselnya, membuka chat, dan baru menyadari bahwa Wulan sudah lama tidak mengirimkan pesan kepadanya. Steven menunduk, lalu melemparkan ponselnya, dan dalam hati menggerutu, jika Wulan marah, seharusnya dia bisa datang mencarinya untuk membela diri. Namun, sampai sekarang gadis itu tidak mengucapkan sepatah kata pun, bukankah itu berarti gadis itu menunggu dirinya untuk merayunya? Sebagai putra Keluarga Lesmana, dia tidak mungkin tunduk kepada putri seorang sopir. Detik berikutnya, dia mengangkat pandangan ke arah pintu, suaranya menjadi dingin. "Kapan Cindy datang?" Saat melihat Steven benar-benar marah, teman-temannya segera menghubungi Cindy. Cindy sudah tahu bahwa hari ini dia harus meminta maaf kepada Wulan di depan banyak orang, dia sebenarnya tidak ingin datang, tetapi dia takut benar-benar membuat Steven marah. Bagaimanapun juga, dia benar-benar menyukai Steven. "Berani sekali Wulan membuat aku menunggunya!" Setelah mengatakan itu, Steven langsung berkata dengan dingin, "Kamu telah membunuh ayahnya, begini caranya kamu minta maaf?" Wajah Cindy memerah. "Ayahnya sakit, apa hubungannya denganku? Sialan, sial sekali aku harus berurusan dengan ... " Steven melemparkan tatapan dingin yang tajam, Cindy terpaksa diam walaupun hatinya kesal. Ada seorang teman yang merasakan suasana tegang, lalu berkata untuk meredakan suasana, "Nggak seharusnya kita ribut hanya karena Wulan, 'kan?" Beberapa teman lainnya juga ikut setuju, tetapi Steven berkata sambil tersenyum sini, "Wulan yang kalian pandang rendah itu adalah tunanganku. Kalian merendahkannya, itu berarti merendahkan aku juga." Semua orang yang hadir hanya bisa menghela napas pelan. Mereka bahkan bingung apakah Steven sebenarnya sedang membela Wulan atau sedang menyindir Wulan. Namun, dari ekspresi Steven, mereka tahu bahwa pria itu sedang marah, jadi mereka semua memilih diam. Steven kembali menatap ke arah pintu. Dia berpikir, kalau nanti Wulan melihat Cindy yang biasanya tinggi hati datang meminta maaf dengan tulus kepadanya, gadis itu pasti tidak akan sedih lagi. Dengan begitu, bisa mengurangi rasa benci gadis itu kepadanya.

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.