Bab 77
Arvin memanggil namanya berulang kali, penuh kerinduan.
Bulu mata Nadine bergetar, dadanya terasa sesak.
"Arvin, sadarlah!"
Nadine meninggikan suara, menepuk pelan pipinya, mencoba membuatnya sadar.
Satu menit berlalu, pria itu akhirnya membuka mata dan menatapnya.
Mata itu dalam sekali, tapi di balik mabuknya ada lapisan bening, membuatnya tampak lembut. Namun wajah tampannya tetap tanpa ekspresi, dingin menakutkan. Kontras yang ekstrem itu membuat Nadine tertegun.
Dia belum pernah ditatap Arvin dengan pandangan seperti itu.
Tapi hanya sesaat, pria itu kembali ke wajah dinginnya seperti biasa.
Arvin memalingkan wajah, mencengkeram pinggang Nadine, memindahkan tubuhnya ke samping, lalu mengambil gelas lagi untuk meneguknya.
Tubuh Nadine mendadak ringan, jadi agak kaget.
Dia menatap pria di samping yang baru saja memindahkannya dengan mantap dan berkata, "Arvin, kamu sudah sadar belum?"
Arvin tidak menjawab, juga tidak menatapnya. Tapi gerakan tangannya yang hendak minum sempat terhenti

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda