Bab 645
Saat aku masih larut dalam pikiranku sendiri, pintu kamar tiba-tiba bergerak pelan.
Kupikir itu Caroline yang datang, jadi dengan lesu aku berkata, "Caroline, aku harus bagaimana? Aku tadi bertemu dengan Albert ... "
Langkah seseorang berhenti dan diikuti suara batuk pelan.
Aku tersadar dan menoleh.
Tatapanku bertemu dengan mata dingin Rafael.
Aku terpaku.
Matanya dipenuhi perasaan yang sulit dijelaskan.
Aku buru-buru duduk, tapi lupa kalau tulang rusukku belum sembuh.
Gerakan itu langsung membuatku kesakitan, keringat dingin membanjiri tubuhku, dan aku mengerang pelan.
Bayangan seseorang mendekat, dan sebuah tangan kokoh membantuku duduk tegak.
Aku menatap Rafael dengan penuh rasa terima kasih dan memanggil, "Rafael ... "
Tatapan kompleks di matanya berubah menjadi kelembutan. Dia berkata dengan lembut, "Berbaring saja, jangan memaksakan diri hingga melukai lukamu."
Dengan suara pelan aku berkata, "Kamu nggak marah, 'kan?"
Aku mulai menceritakan semua yang terjadi hari ini.
Aku tahu,

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda