Bab 12
Wajah Kayla memucat. Dia tidak bisa menunjukkan kekesalannya, sehingga dia hanya bisa menggosok tangan diam-diam.
Jari-jarinya mencakar telapak tangan dengan keras sampai berdarah.
Bu Helen menarik Wenny untuk berdiri, kemudian berkata, "Wenny, ikutlah denganku."
Wenny diajak ke lantai atas, meninggalkan Kayla sendirian duduk di bawah. Kayla merasa iri dan emosi sampai seluruh tubuhnya gemetar.
Wenny ikut Bu Helen ke lantai tiga. Dia melihat Bu Helen diam-diam membuka sebuah kamar yang terkunci.
Entah kenapa Wenny merasa gugup.
Setelah kamar dibuka, Bu Helen mengajak Wenny masuk. "Wenny, coba lihat."
Wenny mengangkat kepala dan melihat ke depan, ruangan kamar itu sangat besar, lebih besar daripada ruang tamu di apartemennya.
Di dalamnya, semua dekorasinya mewah. Ada ruang ganti terpisah, serta tempat tidur, meja, dan karpet yang semuanya terlihat dirancang dengan cermat. Namun yang paling menyentuh Wenny adalah ...
Ada bingkai foto keluarga di atas meja samping tempat tidur
Di foto itu, ayah dan ibunya memeluk dia yang masih berusia dua tahun.
Bu Helen berkata sambil meneteskan air mata, "Wenny, kamar ini sudah Ibu siapkan sejak lama. Akhirnya, sekarang kamu bisa menempatinya."
Wenny merasa terharu dan meneteskan air mata.
Bu Helen mendekatinya dan menyeka air mata putrinya.
"Wenny, mulai sekarang, biarkan Ibu memberikan kasih sayang yang dulu belum kamu rasakan, ya?"
Wenny menunduk, hatinya tersentuh.
"Ibu, terima kasih mau menerimaku kembali."
Bu Helen tertawa. "Anak bodoh. Kamu adalah putri kandungku, mana mungkin aku nggak menerimamu?"
Tanpa sepengetahuan mereka, Kayla mengikuti mereka di belakang. Melihat pemandangan di depannya, Kayla merasa marah.
"Ternyata kamar itu disiapkan untuk Wenny!" pikir Kayla.
Selama 20 tahun tinggal di rumah Keluarga Sondika, Kayla sering tanya tentang kamar di lantai tiga itu untuk siapa. Namun, Bu Helen selalu tidak mau menjawab!
Bu Helen sering masuk ke kamar lantai tiga dan berlama-lama di dalam sana!
Ternyata kamar itu disiapkan untuk putri kandungnya.
Sementara Kayla bukanlah putri kandungnya. Karena bukan putri kandung, jadi dia diperlakukan berbeda?
Kayla tidak bisa menahan emosinya. Dia langsung turun ke bawah.
Wenny tinggal di kamar lantai tiga malam itu. Dia harus menyesuaikan diri dengan lingkungan baru ini. Dia mandi, mengganti pakaian murahnya dengan piama mewah. Dia membaringkan diri di kasur sambil melihat langit-langit dengan tatapan kosong.
Ketika Bu Helen masuk kamar untuk istirahat, dia melihat Kayla berbaring di kasur sambil memeluk boneka kelinci.
Bu Helen tertawa dan berkata, "Kayla, kamu sudah besar, kok masuk kamar Ibu. Kamu mau tidur dengan Ibu, ya?"
Kayla menggenggam tangan Bu Helen, kemudian memeluk ibunya dengan manja.
"Ibu, setelah ada Kakak, apa Ibu akan tetap menyayangiku?"
"Aku tahu ini semua salahku. Karena terbiasa dimanja, aku nggak bisa mengurus diriku sendiri. Aku akan belajar mengurus diri dan nggak merepotkan Ayah dan Ibu."
Kata-kata Kayla membuat Bu Helen merasa bersalah. Bagaimanapun juga, Kayla sudah bersama mereka selama 20 tahun. Bu Helen sudah menganggapnya sebagai putri kandungnya sendiri.
Hari ini dia mengatakan akan mencurahkan kasih sayang kepada Wenny, pasti itu telah membuat Kayla sedih.
Bu Helen menepuk punggungnya sambil berkata, "Kayla, jangan pikir yang macam-macam. Kamu dan Wenny adalah putriku. Kalian berdua adalah putri kesayanganku. Aku akan mencurahkan kasih sayang yang sama kepada kalian."
"Kamu sudah jadi anak patuh, apalagi yang Ibu tuntut darimu?"
Kayla tersenyum manja, kemudian berkata dengan mata berbinar.
"Ibu, aku tahu Ibu memang yang terbaik."
Namun, ada niat jahat terlintas dari sorot mata Kayla. Kayla berpikir, "Mana mungkin aku membiarkan Wenny merebut semua milikku?"
"Memangnya kenapa kalau Wenny sudah diakui sebagai putri kandung Keluarga Sondika?"
Kayla berpikir bahwa dia harus mengamankan posisinya sebagai putri Keluarga Sondika!
Kayla juga ingin kasih sayang orang tuanya hanya untuknya!
Esok malamnya, setelah putus dengan Wenny, Juan tidak lagi pura-pura. Dia seharian bersenang-senang dengan teman-temannya.
Malam itu, Juan pergi ke pesta kedua. Setelah minum banyak, teman-temannya membawanya ke pesta berikutnya.
Juan tersenyum bahagia saat melihat ada gadis cantik yang merangkul lengannya di samping.
Juan terkejut. Dia menatap gadis di depannya. Dengan tatapan berbinar, dia memegang dagu gadis itu.
"Wenny, aku sudah tahu, kamu pasti datang memohon kepadaku."
"Coba kamu datang lebih awal, aku pasti memberimu kesempatan!"
"Kita sudah pacaran selama tiga tahun, mana mungkin aku nggak mencintaimu?"
Setelah mengatakan itu, Juan menunduk dan menciumnya.
Gadis yang dikira sebagai Wenny agak kesal, tetapi saat melihat Pak Juan hendak menciumnya, pikiran gadis itu jadi kacau. Gadis itu pun tak bisa menahan diri untuk berjinjit lalu menciumnya lebih dulu.
Ketika bibir mereka hampir bersentuhan, Juan tiba-tiba berhenti.
Juan mendapatkan kesadarannya lagi. Ketika Juan menyadari bahwa gadis di depannya bukan Wenny, Juan langsung menjauhkan gadis itu darinya.
Wanita itu jatuh ke lantai sambil menjerit kesakitan.
Juan berkata dengan marah, "Siapa yang menyuruhmu menyamar menjadi Wenny?"
Gadis itu merasa tidak bersalah, kemudian berkata dengan manja, "Kak Juan, beraninya Wenny mencampakkan Kak Juan. Aku juga ikut marah, memangnya dia siapa?"
Kata-katanya membuat hati Juan merasa lebih baik. Juan mendengus. "Dia nggak akan bertahan lama. Nggak lama lagi, dia pasti akan datang minta maaf."
Juan tahu bahwa Wenny sudah dipecat dari rumah sakit. Wenny tidak akan bisa bertahan lama!
Kehidupan gadis itu sangat miskin, mana mungkin dia bisa menghidupi dirinya sendiri?
Selama tiga tahun mereka bersama, Wenny tidak pernah menabung sepeser pun.
Gadis itu berdiri sambil menepuk-nepuk bokong, kemudian hendak memeluk Juan lagi.
"Ya, kami juga mau melihat Wenny memohon di hadapanmu. Tampangnya pasti menyedihkan."
Sebelum sempat mendekat ke Juan, Juan melihat ada seseorang yang dia kenal.
Juan menatap dengan saksama. Yonan!
Saat ingat Yonan dan Wenny bersama, Juan merasa tidak senang!
Jika Wenny ternyata meminta putus demi bisa bersama dengan Yonan, Juan tidak terima!
Memikirkan hal itu, Juan menghampirinya tanpa ragu.
"Aku nggak menyangka bertemu Pak Yonan di sini. Ternyata Pak Yonan suka tempat seperti ini?"
"Aku familier dengan tempat ini. Apa mau kuperkenalkan dengan beberapa ... "
Sebelum Juan selesai bicara, Yonan menoleh dengan tatapan dingin.
Saat Yonan menatap Juan, Juan merasa ketakutan. Seketika itu juga, ucapan Juan terhenti.
Yonan berkata dengan nada dingin, "Pak Juan, kamu kira semua pria sepertimu? Gadis baik-baik malah nggak kamu pilih, malah pilih yang murahan."
"Gadis baik-baik nggak dipilih?" pikir Juan.
Juan langsung menyipitkan mata dan berpikir, "Maksudnya, Wenny?"
"Ternyata mereka berdua memang punya hubungan spesial!"