Bab 11
Wenny merasa malu. "Bu, aku buatkan kalian teh ... "
Kayla pura-pura tidak bersalah dan berkata, "Nggak perlu, Kak. Ibu nggak terbiasa minum teh biasa. Malam ini, aku dan Ibu datang untuk menjemputmu. Kakak jangan tinggal lagi di apartemen bobrok ini."
Wenny menatap Kayla. Dari sorot mata indahnya, bagaimana mungkin Wenny tidak bisa melihat aura permusuhannya?
Kayla tidak memaksa, dia menoleh ke arah Bu Helen.
Bu Helen berkata sambil menaruh harap, "Wenny, apa kamu bersedia pulang dengan Ibu? Ibu merasa kamu hidup menderita di sini. Kembalilah ke rumah Keluarga Sondika, aku akan merawatmu dengan baik, ya?"
Ketika mendengar kata-kata ibunya, Wenny merasa terharu.
Faktanya, Wenny adalah putri Keluarga Sondika yang hilang. Selama bertahun-tahun, Wenny selalu ingin menemukan orang tua kandungnya.
Sekarang, akhirnya dia berhasil menemukan orang tua kandungnya. Bagaimana mungkin Wenny menolak pulang?
Wenny terdiam sejenak, kemudian menjawab sambil mengangguk, "Baiklah."
Wenny masuk ke kamar tidur untuk mengambil koper dan mengemasi barang-barangnya. Barang-barangnya di apartemen ini sangat sedikit. Setelah putus dengan Juan, Juan tidak membawa pergi banyak barang. Sepatu, tas, dan pakaian yang dia berikan, bahkan dianggap tidak lebih berharga daripada satu setelan jas buatan khusus milik Juan.
Wenny tidak mau melihat barang-barangnya, jadi dia mengumpulkan barang-barang Juan, kemudian menjualnya.
Wenny sudah tinggal di apartemen ini selama tiga tahun, tetapi barang-barang di kopernya sangat sedikit.
Konyol sekali.
Dari samping, Kayla mengatakan dengan nada mengejek, "Kakak, sebaiknya barang-barang ini jangan dibawa, semuanya rongsokan. Sampai di rumah nanti, aku akan belikan yang baru."
Saat mendengar kata-kata Kayla, Wenny berkata dengan tatapan dingin, "Barang-barang ini sangat berharga bagiku. Kamu mengatakan perhatian padaku, tapi terus menyindirku, apa maumu sebenarnya?"
Kayla tidak menyangka bahwa Wenny bisa mengungkap niat hatinya secara terang-terangan.
Kayla terkejut. Saat menoleh ke arah Bu Helen, Kayla memasang wajah memelas.
"Ibu, sepertinya Kakak salah paham. Aku hanya ingin Kakak punya kehidupan lebih baik. Aku nggak mau dia menderita lagi ... "
Bu Helen berkata dengan nada tenang, "Kayla, kakakmu nggak bisa mengubah kebiasaannya dalam sekejap. Biarkan dia membawa barang-barang yang berarti itu. Lagi pula, banyak tempat penyimpanan di rumah Keluarga Sondika."
Kayla menunduk, dia berkata seperti sedang menangis, "Ibu, maaf, aku yang salah."
Bu Helen tidak mungkin memarahi Kayla. Bagaimanapun juga, selama bertahun-tahun, Kayla selalu bersikap patuh. Bu Helen sangat menyayanginya.
Bu Helen berbalik, dia membantu Wenny mengemasi barangnya sambil tersenyum.
"Wenny, Ibu bantu, ya."
Kemudian, Wenny ikut Bu Helen pulang ke rumah Keluarga Sondika.
Baru saja memasuki rumah, Kayla memerintahkan pelayan untuk datang membantunya menyeduh teh, mencuci tangan, dan mengambil camilan.
Wenny merasa agak canggung saat melihat lingkungan yang asing di depannya. Rumahnya megah dan berkilau, bangunan yang elegan dan mewah, setiap sudutnya memperlihatkan kemewahan. Wenny tidak pernah membayangkan akan melihat kemewahan seperti ini.
Ternyata ini adalah rumahnya.
Bu Helen menyuruh Wenny ganti sepatu, kemudian menyuruh pelayan mengambil pakaian baru untuk Wenny.
Wenny menundukkan kepala dan menyadari bahwa dia masih mengenakan kaus dan celana jeans seharga 60 ribu yang dibeli di pasar kaki lima, yang memang tidak cocok dengan tempat ini.
Bu Helen mengajak Wenny masuk. Wenny melihat foto-foto yang dipajang di meja.
Saat melihat foto itu sekilas, Wenny terkejut. Dia merasa tubuhnya kaku.
"Pria di foto itu ternyata adalah CEO Grup Sondika?" pikir Wenny.
Wenny yang melakukan operasi darurat hari itu, ternyata dia mengoperasi ayah kandungnya?
Kayla menyadari tatapan Wenny. Kayla menoleh sambil berkata, "Kakak, Ayah sekarang masih koma di rumah sakit karena malapraktik obat. Kesehatan Ayah dalam beberapa tahun terakhir memang nggak bagus. Aku nggak menyangka, gara-gara kesalahan Kakak, Ayah masih belum bisa keluar dari rumah sakit."
"Aku khawatir terjadi sesuatu pada Ayah karena peristiwa itu ... "
Wenny sudah menyadari aura permusuhan Kayla. Saat masalah ini diungkit, senyuman Bu Helen menghilang.
Bu Helen juga ingin bertanya alasan Wenny melakukannya.
Saat melihat tatapan Bu Helen, Wenny merasa sedih. Namun, Wenny tetap yakin.
"Ibu, bukan aku yang mengganti obat Ayah. Aku akan buktikan bahwa aku nggak bersalah."
Bu Helen mengerutkan alisnya. Saat melihat tatapan mata putrinya yang tegas, hatinya juga sedikit goyah.
Bu Helen mengajak Wenny duduk, kemudian dia meminta penjelasan atas seluruh kejadiannya kepada Wenny.
Wenny berbicara dengan rapi dan terstruktur. Ketika menghadapi keraguan serta kesalahpahaman, dia tetap bersikap tenang.
Hal ini membuat Kayla tidak senang. Dia mengepalkan tangan sampai berkeringat.
Wenny memanfaatkan kesempatan ini untuk memutar rekaman dari direktur rumah sakit dan kepala departemen di depan Bu Helen.
Bagaimanapun juga, Wenny adalah putri kandungnya.
Saat melihat putrinya dihina dengan kata-kata kasar oleh atasan di tempat kerja, ekspresi Bu Helen berubah menjadi dingin. "Direktur rumah sakit dan kepala departemen di Rumah Sakit Yunara berbicara sekejam ini?"
"Masalah belum diselidiki dengan jelas, mereka sudah menuduhmu?"
Ekspresi wajah Kayla makin muram. Dia tidak menyangka Wenny begitu licik, bahkan merekam suara sebelumnya untuk mendapatkan simpati dari ibunya.
Dia telah meremehkan Wenny!
Wenny melirik ke arah Kayla untuk memperhatikan ekspresi Kayla.
Wenny berkata dengan tenang, "Bu, aku sudah mengumpulkan beberapa bukti dan akan menuntut rumah sakit."
Bu Helen memandang Wenny dengan tatapan yang makin dipenuhi rasa sayang.
Putrinya yang hidup sebatang kara memang memiliki mental yang kuat. Dia tidak akan menyerah menghadapi masalah kecil seperti ini.
Namun, kata-kata Wenny membuat Kayla cemas. Kayla tidak tahu bukti apa yang dimiliki Wenny.
Jika bukti itu merugikannya ...
Kayla tidak bisa menahan diri untuk menyela, "Kakak, Keluarga Sondika punya saham di Rumah Sakit Yunara. Kalau kamu menuntut mereka, saham Grup Sondika akan turun dan merugikan kita. Sebaiknya, jangan tuntut mereka."
Wenny melirik ke arah Kayla, seolah-olah dia sengaja memaksa Kayla mengakui perbuatannya.
"Grup Sondika adalah perusahaan besar. Selama bertahun-tahun ini, mereka sangat peduli dengan kesejahteraan rakyat. Justru karena itulah, meskipun telah membeli saham di Rumah Sakit Yunara, aku harus lebih membuktikan integritasku. Hanya dengan mematahkan monopoli nggak adil di dalam rumah sakit, kita baru bisa meningkatkan manajemen rumah sakit."
"Menurutku, Ibu juga pasti nggak mau investasi di rumah sakit yang kacau dan nggak adil. Kalau nggak diluruskan sekarang, saat nanti terjadi kesalahan yang lebih besar, akan terlambat untuk menarik investasi."
Bu Helen mengangguk dari samping. Dia melihat Wenny dengan tatapan kagum.
Bu Helen langsung memutuskan, "Wenny, kalau kamu yakin, Ibu mendukungmu menuntut keadilan. Dari riwayat pekerjaanmu sejak lulus kuliah sampai sekarang, Ibu tahu bahwa kamu pekerja keras. Ibu percaya bukan kamu yang menukar obatnya."