Bab 10
Setelah diingatkan oleh Kayla, Bu Helen teringat bahwa suaminya mengalami serangan jantung di rumah sakit akibat malapraktik. Nyawa suaminya hampir tidak bisa diselamatkan.
Ketika hal itu terjadi, Bu Helen sangat marah dan ingin menghukum dokter yang melakukan malapraktik!
Namun, siapa yang menyangka bahwa dokter yang melakukan malapraktik adalah putri kandungnya sendiri.
Bu Helen berusaha menenangkan dirinya sendiri. Putrinya sejak kecil tidak dibesarkan di sampingnya, maka dia menjadi licik. Sifat ini terbentuk demi bertahan hidup.
Setelah menjemput putrinya kembali, dia akan mendidik putrinya agar berperilaku yang baik.
"Kayla, bagaimanapun juga, Wenny adalah putri kandung ibu. Ibu sudah lama mencarinya, sekarang Ibu ingin sekali bertemu dengannya."
Saat mengatakannya, Bu Helen menyeka air mata.
Dengan berat hati, Kayla mengalah. "Baiklah, terserah Ibu. Ibu sudah menemukan putri kandung, artinya aku harus pergi, ya?"
Setelah mengatakan itu, air mata Kayla mengalir.
Bu Helen tertegun. Dia menatap Kayla dengan tatapan iba.
Meskipun tidak ada hubungan darah, Bu Helen sangat menyayangi Kayla dan selalu menganggap Kayla seperti putri kandungnya sendiri.
Saat putri kandung berhasil ditemukan, Kayla pasti merasa takut dan tidak tenang.
Mata Kayla sembap karena menangis, seperti bunga yang hampir layu.
"Kayla, tenang saja. Kalian berdua adalah putri kami. Meskipun kakakmu sudah ditemukan, kamu dan dia sama-sama putriku."
Bu Helen ingin menyayangi putrinya, ingin menebus kasih sayang yang tidak didapat putrinya selama 20 tahun lebih.
Kayla menyembunyikan rasa irinya, kemudian bersikap sebagai anak pengertian. "Kalau begitu, aku ikut Ibu menjemput Kakak. Aku juga ingin menyambut Kakak."
Bu Helen tersenyum lembut dan berkata, "Kayla baik sekali."
Ketika sopir mengemudikan mobil sampai di depan gedung apartemen Wenny, Kayla duduk di dalam mobil dan melihat lingkungan sekitar kompleks perumahan. Apartemen ini tergolong cukup tua di Kota Yunara dengan fasilitas yang sudah usang dan penghijauan yang kurang baik.
Ketika Bu Helen baru saja ingin turun dari mobil, Kayla langsung mengulurkan tangan untuk menghentikannya, dengan nada lembut, dia berkata, "Ibu, lingkungan di sini kumuh, biarkan sopir mengantarkan kita sampai pintu. Aku khawatir Ibu kena alergi karena debu. Aku nggak menyangka Kakak tinggal di tempat seperti ini."
Perhatian Kayla membuat Bu Helen merasa tersentuh sekaligus prihatin terhadap putri kandungnya.
Grup Sondika telah menjadi perusahaan terkemuka selama bertahun-tahun di Kota Yunara. Jika tidak, Keluarga Sondika tidak mungkin bisa menjalin perjodohan dengan Keluarga Fanuel.
Putri Helen Wongso yang seharusnya menjalani kehidupan penuh kemewahan, tetapi harus hidup menderita selama 23 tahun.
Bahkan, tidak ada orang tua angkat yang mengadopsinya.
Bu Helen merasa sedih. Sopir berkata dengan ragu, "Bu Helen, jalannya sempit. Kalau mobil dipaksa masuk, takutnya nggak bisa keluar ... "
Sebelum Bu Helen menjawab, Kayla langsung berkata, "Apa kamu mau melihat ibuku mengalami alergi karena debu? Kalau mobil nggak bisa masuk, pikirkan cara lain. Kalau nggak, buat apa kamu jadi sopir kami?"
Sopir tidak berani membantah lagi. Dia terpaksa mengemudikan mobil sampai di depan gedung apartemen, di sini penuh dengan sepeda motor.
Setelah turun dari mobil, Kayla tampak jijik. Dia menggenggam tangan Bu Helen dengan erat sambil berkata, "Ibu, hati-hati ya, jangan sampai terjatuh di tangga."
Bu Helen mengangguk, saat ini dia sudah tidak sabar untuk melihat putrinya.
Saat di acara pesta, Bu Helen tidak terlalu memperhatikannya. Sekarang dia begitu antusias bertemu dengan putrinya.
Setelah tiba di depan pintu apartemen Wenny, Kayla mengangkat tangan menekan bel pintu, lalu dengan cepat mengambil tisu basah antiseptik untuk mengelap tangannya, tetapi tidak ada yang membuka pintu.
Kayla merasa senang, kemudian berkata, "Ibu, Kakak sepertinya nggak ada di rumah. Kita pulang dulu saja."
...
Di lantai bawah, Wenny sedang malas memasak, jadi dia membeli makanan.
Siapa sangka, begitu sampai di depan apartemennya, dia melihat mobil Bentley parkir di depan apartemen. Mobil mewah itu hampir menutup jalan.
Belum pernah ada mobil Bentley masuk ke kompleks perumahan yang sempit ini.
Ada tetangga yang membuang sampai. Melihat mobil itu, tetangga itu menatap Wenny.
"Kamu penghuni kamar 501, 'kan?"
Wenny mengangguk.
"Aku baru saja melihat pemilik mobil mewah itu pergi ke lantai lima, jangan-jangan dia mencari kamu. Astaga, jarang-jarang kita bisa lihat mobil mewah bernilai miliaran di kompleks ini!"
"Apa mereka adalah kerabatmu atau temanmu?"
Orang itu kelihatan iri.
Namun, kata-katanya membuat Wenny sadar. Seketika itu juga, dia menjadi gugup.
Apakah Keluarga Sondika datang mencarinya?
Dia memegang bungkusan makan malamnya dengan tangan gemetar. Dalam sesaat, dia sulit mengendalikan perasaannya.
Apakah ... ibunya datang mencarinya?
Wenny segera berlari ke atas. Ketika sampai di lantai lima dengan napas terengah-engah, dia melihat Bu Helen dan lainnya menunggu di depan lift.
Lift baru berhenti di lantai lima. Untungnya, dia naik melalui tangga, sehingga bisa mengejar mereka ...
Mendengar suara napas Wenny yang terengah-engah, Kayla mengepalkan tangan sambil memaki dalam hati, "Sialan, kenapa dia muncul?"
Saat Bu Helen melihat Wenny, Bu Helen langsung meneteskan air mata. Tanpa menghiraukan Kayla, dia pergi menghampiri Wenny.
"Namamu Wenny, 'kan?"
Suara Bu Helen terdengar terisak. Ketika dia mendekati Wenny, dia ingin meraih tangan Wenny, tetapi merasa ragu dan canggung.
Melihat wajah Bu Helen, Wenny awalnya mengira bisa mengendalikan emosinya. Namun, di luar dugaan, Wenny juga ikut menangis.
Wenny menjawab, "Ya, aku."
"Wenny, aku adalah ibumu. Aku adalah ibumu."
Bu Helen sangat terharu hingga menangis. Dengan gemetar, dia mengulurkan tangan untuk menggenggam tangan Wenny.
Di dekat sana, Kayla makin dilanda rasa cemburu. Ketegangan terlihat jelas di wajahnya.
Wenny menarik napas dalam-dalam, kemudian bertanya, "Apa boleh aku memanggilmu ... Ibu?"
Bu Helen menjawab sambil mengangguk, "Wenny, aku memang ibumu, kenapa nggak boleh memanggilku Ibu?"
"Aku sudah mencarimu selama 23 tahun."
Saat ini, Bu Helen tidak bisa menahan perasaannya. Dia langsung maju dan memeluk Wenny dengan erat.
Namun, saat memeluk Wenny, Bu Helen kaget.
"Wenny, kenapa kamu kurus sekali?"
Wenny menekuk bibir. Selama ini, dia sibuk di rumah sakit, bahkan dia tidak punya hari libur untuk istirahat.
Jadi, bagaimana caranya dia bisa menggemukkan badan?
Setelah Bu Helen berhenti menangis, Bu Helen meminta diperlihatkan tempat tinggal Wenny. Akhirnya, Wenny membuka pintu rumahnya.
Kayla menahan emosinya. Dia melangkah maju, sekali lagi mengeluarkan tisu basah disinfektan agar ibunya tidak menyentuh benda kotor.
Tindakan ini dilihat oleh Wenny. Wenny terus memperhatikan Kayla. Wenny juga tahu bahwa Kayla adalah anak angkat Keluarga Sondika.
Setelah Wenny terbukti adalah putri kandung Keluarga Sondika, posisi Kayla menjadi canggung.
Mereka berdua sepertinya tidak bisa hidup harmonis.
Wenny membuka pintu, lalu menoleh ke Bu Helen. Wenny berkata dengan canggung, "Bu Helen ... Ibu, masuklah."
Bu Helen masuk ke dalam apartemennya. Di dalam apartemennya, terdapat dua kamar tidur kecil, lalu ada dapur terbuka yang jadi satu dengan ruang tamu.
Wenny menyalakan lampu. Lampu di ruang tamu sudah tua, dan rusak saat itu juga.
Makin terlihat jelas bahwa apartemen ini bobrok.