Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 2

Setelah istirahat dua hari di akhir pekan, Alisya berangkat kerja tepat waktu di hari Senin. Dia bekerja seperti biasa, dan mau memberi tahu Marvin soal rapat yang akan diadakan sebentar lagi. Saat berjalan menuju ruangan pria itu, dia bisa melihat Keisha dari balik pintu yang sedikit terbuka. Wanita itu duduk di pangkuan dan dalam pelukan Marvin. Dia menyuapkan setengah biskuit yang baru dia makan ke mulut pria itu. Marvin yang dikenal gila kebersihan itu, malah cuma tersenyum dan memakan biskuit tersebut. Bahkan mencium mesra jari-jari Keisha, lalu berkata lembut. "Kemarin kamu bilang mau kue dari toko ini, makanya tadi pagi aku sudah mengantre tiga jam buat beli. Bagaimana rasanya?" "Enak banget, masih sama seperti dulu. Rasanya manis tapi nggak enek. Dulu kamu sering membelikanku ini sampai rela pergi jauh. Sekarang kamu sudah jadi CEO, kenapa harus repot mengantre sendiri? Suruh sekretaris saja." Marvin memijat lembut pergelangan kaki Keisha. Kedua matanya masih menatap wanita itu penuh cinta. "Aku mau melakukan sendiri semua hal yang berhubungan sama kamu. Aku nggak mau menyerahkannya ke orang lain." Keisha pun tersenyum manis. Dia merangkul Marvin dan mengecupnya. Marvin balas memeluknya dan memperdalam ciuman mereka. Dia terbawa suasana sampai tidak bisa melepaskan diri. Napas Alisya tercekat menyaksikan semua itu. Dadanya terasa begitu perih. Kedua tangannya terkepal erat hingga telapak tangannya memutih dan terluka. Waktu terus berlalu, dan waktunya rapat sudah makin dekat. Alisya menenangkan diri dan mengetuk pintu ruangan Marvin. "Pak Marvin, rapatnya sudah mau mulai." Mendengar suara barusan, gerakan Marvin terhenti dan hendak berdiri. Tapi Keisha menariknya lagi. "Jangan pergi, temani aku lebih lama lagi." Hati Marvin luluh melihat sikap manjanya. "Tunda rapatnya dua jam lagi." Rapat ini seharusnya membahas soal proyek kerja sama yang melibatkan beberapa perusahaan besar di Kota Jayaksa. Ini sangat penting bagi perkembangan perusahaan kelak. Alisya tahu betul seberapa penting rapat ini. Makanya dia berusaha menegur dengan halus. "Para CEO dari Grup Lesmana, Grup Gilang, dan Grup Safin sudah menunggu di ruang rapat ... " "Aduh, Marvin, sekretarismu itu bawel! Nggak peka banget!" Marvin jadi ikut kesal mendengar keluhan Keisha. Raut wajahnya jadi makin dingin. "Sudah kubilang tunda dulu dua jam. Nggak ada kerjaan yang lebih penting daripada Keisha!" Dada Alisya makin sesak rasanya. Dia sampai sulit bernapas. Tapi pada akhirnya dia tetap menutup pintu dan berbalik dalam diam. Semua orang tahu kalau Marvin itu gila kerja. Tidak peduli sepenting apa pun urusan pribadinya, bahkan meski baru selesai operasi, pria itu tetap menyelesaikan pekerjaannya walau sakit. Tapi karena sedikit kalimat manja dari Keisha, dia sampai berani mengambil risiko menyinggung para mitra kerja samanya dengan menunda rapat penting. Baru kali ini Marvin bersikap begini. Apa dia secinta itu pada Keisha? Alisya menunduk, berusaha menata emosinya. Dia lalu masuk ke ruang rapat untuk menyampaikan permintaan maaf pada para CEO yang sudah hadir. Bisnis Keluarga Wibowo memang besar dan berpengaruh. Para CEO yang hadir di sini terlihat kesal, tapi mereka juga tidak berani marah ke Marvin, dan malah memarahi Alisya. Alisya mana berani membantah. Dia cuma bisa menunduk dan mendengarkan semua makian mereka. Dia berusaha tegar selama dua jam, dan barulah Marvin datang. Alisya keluar dari ruang rapat dengan langkah sedikit menyeret karena kakinya pegal dan mati rasa. Tapi tiba-tiba muncul Keisha yang menghentikannya. "Kamu Alisya, ya? Kata Marvin, kopi buatanmu enak. Kulihat, orang-orang di kantor sepertinya sedikit kelelahan. Pergi bikinkan kopi buat mereka. Aku juga mau satu es kopi tanpa gula." Alisya tahu Keisha berani bersikap begini karena merasa dicintai oleh Marvin. Tapi Alisya juga tidak berani membantah dan tetap pergi ke pantri. Butuh waktu dua jam untuknya membuatkan 400 gelas kopi dan menghidangkannya satu per satu. Segera setelah Keisha mencicipi kopinya seteguk, raut wajahnya berubah seketika. Dia langsung melemparkan cangkirnya. Cangkir keramik itu mengenai kening Alisya sampai berdarah, benar-benar mengerikan. Alisya mengerang pelan, wajahnya terlihat kesakitan. Dia jatuh ke lantai sambil memegangi lukanya. Keisha masih belum puas melampiaskan kekesalannya. Dia mengambil cangkir kopi yang lain dan terus melemparkannya ke Alisya satu per satu. Tubuh Alisya sampai biru-biru, bahkan ada pecahan gelas yang mengores tubuhnya sampai berdarah. Tubuhnya juga basah kuyup terkena siraman kopi. Kini cairan kopi hitam dan merah darah itu bercampur jadi satu menetes ke lantai. Sakitnya luar biasa. Tapi dia cuma bisa meringkuk sambil melindungi kepala serta dada. Kantor terasa sunyi. Tidak ada satu orang pun yang berani maju. Orang-orang memilih menjauh dan menyaksikan Keisha mengamuk. Tidak lama kemudian, keributan besar ini akhirnya menarik perhatian Marvin. Dia mengerutkan kening melihat lantai yang sudah kotor. Ada Alisya juga yang terjatuh di lantai penuh luka. "Ada apa ini?" Begitu Melihat Marvin datang, Keisha langsung memasang ekspresi sedih dan berkata, "Marvin, aku menyuruh sekretarismu membuatkanku kopi. Tapi dia malah menambahkan es di kopiku. Padahal aku sedang haid, perutku jadi sakit sekarang." Raut wajah Marvin sontak berubah suram saat melihat kedua mata Keisha yang sudah berkaca-kaca. "Kamu sudah empat tahun jadi sekretarisku. Masa hal sepele semacam ini saja masih salah? Atau jangan-jangan, kamu nggak suka sama Keisha makannya sengaja melakukannya?" Alisya mendongak, wajahnya pucat pasi. Dia hendak menjelaskan, tapi sama sekali tidak diberi kesempatan untuk bicara. Marvin segera memanggil asistennya. "Alisya sudah melanggar peraturan kantor, jadi potong gaji dan bonus kuartalnya. Umumkan hal ini ke seluruh kantor. Suruh dia introspeksi di rapat besar minggu depan." Usai bicara begitu, Marvin melepas jasnya dan menggendong Keisha. Mereka lalu pergi begitu saja.

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.