Bab 8
Setiap kali bertemu Daniel, Agita pasti memanggilnya dengan sebutan Kak Daniel. Karena ada banyak sekali pria yang mengejar Agita, dapat dipastikan panggilan seperti ini sangat efektif.
Namun, saat Daniel mendengar panggilan itu, dia langsung menarik lengannya dari pelukanku.
"Sayang, kita buat kesepakatan yuk. Boleh nggak mulai sekarang kamu jangan panggil aku begitu?"
"Kenapa?"
Aku menatap Daniel dengan bingung. Kenapa Agita boleh memanggilnya seperti itu, tetapi aku tidak boleh?
"Karena aku lebih suka kamu memanggilku dengan sebutan lain selain 'kak'."
Aku pun mendongak. Aku bisa melihat mata Daniel yang menghanyutkan dan indah itu tampak menyorotkan senyuman. Aku tertegun sejenak dan bertanya dengan setengah termangu, "Apa?"
Senyum Daniel melebar, matanya berkedip-kedip dengan maksud tersirat.
Aku langsung mengerti apa maksudnya. Aku balas memelototinya dan menyebutnya kurang ajar, lalu berjalan memutarinya dan terus maju.
Rambutku yang hitam legam terurai dan menutupi telingaku ya

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda