Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 19 Sofia Hamil?

Aku menatap Nenek Frida, tidak mengerti apa yang dia ingin aku lakukan. Dengan bantuan Paman Rino, dia berdiri dan memandangi ikan-ikan di danau. Beberapa saat kemudian, Nenek Frida berkata, "Besok pagi, biar Paman Rino bawa kamu ke rumah sakit." "Ke rumah sakit? Buat apa?" tanyaku dengan heran dan bingung. Wajah Nenek Frida tetap tenang dan lembut. Dia berkata dengan nada datar, "Kamu akan tahu setelah ke sana. Sudah, berdiri lama-lama pasti capek. Pulang dan istirahatlah." Nenek Frida menyuruh Paman Rino mengantarku keluar dari kediaman besar. Saat keluar dari halaman, aku melihat mobil Varrel terparkir di luar. Varrel turun dari mobil dan membukakan pintu untuk orang di kursi penumpang. Aku terkejut ketika melihat orang yang turun itu adalah Yovie. Mengapa Varrel membawa Yovie ke kediaman besar? Karena kehamilannya? Ketika mereka berdua hendak masuk ke kediaman, mereka juga melihatku. Alis Varrel sedikit berkerut. Lalu, dia melangkahkan kaki panjangnya ke depanku dan bertanya, "Kenapa kamu di sini?" Aku mengalihkan pandanganku dari Yovie ke Varrel dengan sinis. "Sebagai menantu Keluarga Desta, apa aku nggak berhak datang ke sini?" Mendengar nada kesal dalam suaraku, Varrel mengernyit lagi. Dia berkata dengan suara rendah dan kalem, "Nenek yang menyuruhku membawanya ke sini." Aku tidak memberi tanggapan, hanya menatap Yovie yang memasang ekspresi puas. Tatapannya padaku saat ini penuh dengan provokasi dan kesombongan yang sama sekali tidak disembunyikan, seolah-olah dialah yang menjadi menantu Keluarga Desta. "Varrel, cepat kita masuk. Jangan buat Nenek menunggu terlalu lama." Yovie tidak lagi berpura-pura menjaga jarak dengan Varrel di depanku seperti sebelumnya. Kali ini, dia langsung mendekat ke sisi Varrel dan mengingatkannya dengan akrab. Varrel tidak menjawabnya. Dia menatapku seraya berkata, "Pulang ke Vila Permata Sari dan tunggu aku." Aku tidak berkata apa-apa, hanya memandangi mereka dengan sikap dingin. Lalu, aku dengan tenang keluar dari kediaman besar. Di dalam mobil, Paman Rino menyetir, sedangkan aku termenung memandang ke luar jendela. Paman Rino melirikku beberapa kali, tampak ingin berkata sesuatu, tetapi mengurungkannya. Aku menarik kembali pandanganku dan berujar, "Paman Rino, katakan saja kalau ada sesuatu." Paman Rino tersenyum canggung karena terpergok. Kemudian, wajahnya berubah serius saat dia berkata, "Nyonya, aku dengar Nona Yovie hamil anak Tuan Muda. Barusan Nenek Frida menyuruhnya ke kediaman besar, mungkin untuk menanyakan hal ini. Nyonya ...." "Aku tahu." Melihat kekhawatiran Paman Rino, aku berkata dengan nada datar, "Paman Rino, terima kasih sudah memberitahukan ini." Paman Rino mengangguk. Dia menghela napas, lalu berkata, "Kakakmu ini bukan orang biasa. Berhati-hatilah." Aku tidak bodoh, Paman Rino tidak akan mengatakan ini tanpa alasan. Peristiwa lima tahun lalu tiba-tiba terbongkar, selain Yovie, pelakunya tidak mungkin orang lain. Yovie mengungkapkan hal ini pada Nenek Frida karena yakin bahwa Keluarga Desta tidak akan menerimaku. Ditambah Yovie sedang hamil, selama aku pergi dari Keluarga Desta, dia pasti bisa dengan mudah bersama Varrel. Varrel menyuruhku menunggunya di Vila Permata Sari, tetapi aku tidak menjumpainya. Varrel tidak pulang semalaman, juga tidak memberi kabar. Aku tidak menelepon untuk bertanya, hanya duduk di tepi tempat tidur sepanjang malam. Semua akhiran sudah ditentukan, buat apa aku berusaha keras hanya untuk mempermalukan diri sendiri? Lebih baik menerimanya dengan lapang dada. Keesokannya. Paman Rino datang pagi-pagi sekali untuk membawaku ke rumah sakit sesuai perintah Nenek Frida. Aku dibawa oleh seorang wanita paruh baya ke departemen ginekologi, melakukan pemeriksaan USG dan pengambilan darah. Dia juga menanyakan beberapa hal tentang siklus menstruasiku. Setelah keluar dari ruang pemeriksaan, aku agak bingung. Bukankah Nenek Frida sudah menyuruhku bercerai dengan Varrel? Lalu, mengapa dia menyuruh Paman Rino membawaku melakukan pemeriksaan semacam ini? Setengah jam kemudian, dokter wanita paruh baya itu datang membawa beberapa lembar laporan dan berkata kepada Paman Rino, "Laporannya sudah keluar." Paman Rino mengambil lembaran itu dan mengangguk padanya. Wanita itu pun pergi. Aku menatap Paman Rino dengan heran. "Paman Rino, semua pemeriksaan ini ...." Paman Rino tidak menjawab. Dia menatapku dan berkata, "Nyonya, sekarang kita harus menemui Nenek Frida." Aku tidak bisa memaksa jika Paman Rino tidak ingin memberitahukan. Jadi, aku mengikutinya turun dengan perasaan bingung. Di lobi rumah sakit, aku berpapasan dengan Varrel dan Yovie yang berjalan masuk. Hampir saja aku mengumpat, betapa sempitnya dunia ini! Benar-benar bisa bertemu di mana saja. Varrel juga sedikit terkejut ketika melihat aku dan Paman Rino, tetapi sebentar saja. Dia maju dan bertanya padaku, "Kamu sakit?" Saat bertanya, matanya tertuju pada Paman Rino. Varrel jelas tahu aku tidak ingin bicara dengannya. Paman Rino ragu sejenak. Melihat Yovie ikut mendekat, dia berkata pada Varrel, "Aku menemani Nyonya melakukan pemeriksaan kesehatan." Sambil berkata demikian, Paman Rino menyerahkan laporan yang dipegangnya pada Varrel. Varrel mengambilnya dan melirikku sekilas, lalu menunduk membaca laporan. Beberapa saat kemudian, wajah Varrel tiba-tiba berubah menjadi terkejut dan heran. Aku pun tak tahan untuk melirik lebih lama ke laporan itu. Namun, sebelum sempat melihat jelas isinya, Varrel sudah menatapku sambil mengernyit dan bertanya, "Sejak kapan kamu tahu?" Aku agak bingung, tidak tahu apa isi laporan itu. Setelah ragu sejenak, aku mengambil laporan dari tangan Varrel dan membacanya sendiri. Begitu melihat tulisan pada hasil USG, kepalaku langsung berdengung dan seluruh tubuhku membeku. Kehamilan dini intrauterin 8+ minggu. Kehamilan dini, 8 minggu! Aku hamil? Lebih dari dua bulan?

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.