Bab 18 Nenek Frida Paksa Cerai
Di Kediaman Besar Keluarga Desta.
Keluarga Desta dibangun dari nol oleh Nenek Frida dan Kakek Charles pasca reformasi dan keterbukaan. Bisnis mereka telah berjalan selama 40-50 tahun sehingga kekayaan mereka terkumpul banyak. Kakek Charles meninggal karena sakit beberapa tahun lalu. Sekarang, satu-satunya orang tua di Keluarga Desta adalah Nenek Frida, sedangkan yang lain adalah paman-paman dari Keluarga Desta. Awalnya, Grup Desta seharusnya dikelola oleh para paman ini.
Namun, setelah Kakek Charles meninggal, Nenek Frida langsung menunjuk Varrel untuk mengambil alih perusahaan. Sepertinya ada sesuatu yang terjadi pada ayah Varrel, dan kabarnya sudah meninggal. Mungkin karena Keluarga Desta terlalu berduka, hampir tidak ada yang mengungkit ayah Varrel. Aku tidak begitu suka bergosip dan tidak akan menanyakan secara detail.
Kediaman Besar Keluarga Desta terletak di pinggiran kota. Saat perekonomian nasional mulai berkembang, Kakek Charles membeli banyak tanah dan bukit, lalu membangun beberapa rumah bergaya klasik. Desainnya lengkap dengan pemandangan pegunungan, perairan, dan taman. Setelah Kakek Charles meninggal, Nenek Frida terus tinggal di sana. Paman dan bibi lainnya juga ikut menetap di sana.
Aku mengikuti Paman Rino masuk ke kediaman besar, melewati halaman dan danau, barulah sampai di tempat tinggal Nenek Frida. Nenek Frida sedang mendengarkan opera di paviliun bersama beberapa bibi dan anggota keluarga yang lebih muda.
Keluarga Desta punya banyak aturan. Jika Nenek Frida belum bicara, aku juga tidak akan angkat bicara. Jadi, dengan tenang aku berdiri di samping sambil menonton opera.
Di atas panggung opera, yang sedang dimainkan adalah Opera Huangi. Irama dan melodinya lincah dan riang. Saat sampai pada bagian yang mudah diikuti, Nenek Frida tersenyum dan ikut bersenandung.
Setelah opera selesai, Nenek Frida akhirnya menoleh ke arahku. Wajahnya tetap penuh keramahan dan kelembutan seperti biasa. "Sofia sudah datang, duduklah." Kemudian, Nenek Frida memandangi para anggota keluarga muda yang duduk di sekitarnya. "Sudah, sudah cukup lama kalian menemaniku, pasti capek. Bubarlah. Pulang dan istirahat."
Mendengar isyarat pengusiran itu, yang lain segera berdiri dan pergi.
Di paviliun, hanya tinggal aku dan Nenek Frida. Nenek Frida menatapku sambil memegang tasbih. Setelah diam sejenak, dia berkata, "Sofia, aku mendapat sesuatu hari ini. Apa kamu mau lihat"
Sejak masuk sampai sekarang, aku sudah merasa ada yang tidak beres. Meski tidak tahu apa yang terjadi, aku tetap mengangguk dan menjawab sambil tersenyum, "Nenek dapat barang bagus apa?"
Nenek Frida melirik ke luar. Paman Rino masuk dan meletakkan sebuah amplop cokelat di hadapanku.
Nenek Frida menatapku sembari berkata, "Buka dan lihatlah."
Aku ragu sejenak, lalu membuka amplop itu. Isinya adalah beberapa foto dan dokumen. Hanya dengan sekali lihat, tubuhku langsung kaku. Itu tentang peristiwa lima tahun yang lalu ....
Melihat reaksiku, Nenek Frida bertanya, "Sofia, apakah semua ini benar?"
Nenek Frida bertanya dengan tenang, tetapi udara di sekitarnya mulai terasa suram.
"Kamu lari dengan pria di usia 18 tahun, lalu dijual ke perbatasan dan menjadi pelacur jalanan." Sebelum aku sempat bicara, Nenek Frida melanjutkan, "Cucu menantu Keluarga Desta memiliki masa lalu seperti ini. Sofia, apa kamu tahu apa artinya ini bagi Keluarga Desta?"
Tentu saja aku tahu. Aib keluarga tidak boleh dibawa ke luar. Nenek Frida paling mementingkan harga diri. Dulu ketika aku menikah dengan Varrel, selain latar belakang keluargaku, faktor penentu terpentingnya adalah kehidupan bersihku selama lebih dari 20 tahun. Jika Nenek Frida tahu tentang peristiwa lima tahun yang lalu, dia tentu tidak akan setuju aku menikah dengan Varrel.
Bagaimanapun, mana ada orang tua yang tidak ingin anak cucunya menikah dengan orang yang bersih dan jujur?
Nenek Frida menarik napas, lalu menatapku dan melanjutkan, "Sofia, sejak kamu menikah ke Keluarga Desta, kami nggak pernah memperlakukanmu dengan buruk. Selama dua tahun ini, meski aku ingin punya cicit, aku nggak pernah menekanmu. Tapi sampai sekarang kamu belum hamil juga, malah muncul masalah seperti ini lagi. Nak, kamu nggak sepantasnya menipuku!"
Kalimat terakhir itu diucapkan kata demi kata dengan geram.
Nenek Frida telah menembus ribuan rintangan sepanjang hidupnya. Baik dalam bisnis maupun kehidupan, dia tidak pernah kalah dari pria. Bagaimana mungkin orang angkuh seperti itu rela ditipu?
Aku berdiri di hadapannya. Dalam hati aku tahu bahwa apa pun yang kukatakan tentang peristiwa silam itu, tanpa bukti hanya akan dianggap pembelaan. Setelah terdiam sejenak, aku berkata, "Nenek, menyembunyikan masalah silam itu dan menikah dengan Varrel adalah tindakan putus asa. Kumohon, jangan salahkan Keluarga Carter dan orang tuaku untuk hal ini. Aku rela melakukan apa pun yang Nenek inginkan."
Nenek Frida memandangiku sambil mengelus tasbih di tangannya. Setelah diam sejenak, dia berucap, "Aku bisa nggak menyelidiki masalah silam itu, tapi semua itu memang benar terjadi padamu. Cucu menantu Keluarga Desta nggak harus yang paling menonjol, tapi harus bersih dan jujur. Jadi, kamu tahu apa yang harus dilakukan, 'kan?"
Aku mengatupkan bibir dan mengangguk padanya. "Ya, aku akan bercerai dengan Varrel dan menyelesaikan semua masalah dengan baik."
Nenek Frida menggeleng pelan. Dia mengoreksi dengan suara rendah, "Nggak. Bercerai dengan Varrel memang sudah pasti, tapi kamu masih perlu melakukan satu hal lagi."