Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa
Cinta Salah KirimCinta Salah Kirim
Oleh: Webfic

Bab 11 Pak Yansen Memang Orang Baik

Kirana merasa ini terlalu cepat, tapi sekarang, apa pun yang pria itu katakan, dia harus terima. Dia tidak punya hak untuk membantah. Dengan pakaian Yansen yang melekat di tubuhnya, aroma tembakau samar memenuhi indra Kirana, memberikan perasaan yang menenangkan. Begitu ketegangan mulai mereda, perutnya tiba-tiba berbunyi keras pada waktu yang tidak tepat. Seketika Kirana merasa malu sampai tidak berani mengangkat kepala! "Belum makan?" "Sudah." Dia benar-benar canggung, tidak ingin melanjutkan topik itu. Yansen pun tidak bertanya lebih lanjut, hanya melirik jam di pergelangan tangannya. "Aku sudah pindahkan ibumu ke ruang perawatan VIP, ada perawat khusus yang menjaga. Begitu dia sadar, dokter akan memberi tahu. Sekarang ikut aku dulu." Kirana tertegun dan bertanya, "Ke, ke mana?" "Makan." "Sungguh, aku sudah makan!" Yansen tersenyum, wajah tampan yang biasanya dingin dan tidak berperasaan itu, tiba-tiba menunjukkan sedikit kelembutan. "Temani aku makan." Kirana tidak berani membantah lagi, dan mengangguk. "Baiklah." Melihat Yansen berbalik dan berjalan di depan, dia ragu sejenak baru kemudian mengikuti. Apakah ini berarti ... Dia telah menemukan seorang penopang hidup? Ternyata begini rasanya punya seseorang yang bisa dijadikan sandaran. ... Setelah naik ke mobil Yansen, Kirana hanya menunduk menatap sepatunya. Baru ketika suara napas tenang terdengar di sampingnya, dia memberanikan diri melirik ke arah pria di sebelahnya. Yansen tampak sangat lelah, bersandar di kursi begitu saja, lalu tertidur. Di bawah cahaya lampu jalan yang sesekali menyorot dari luar jendela, terlihat bulu matanya yang tebal terkulai, garis wajahnya tajam dan dalam, bahkan saat tertidur pun memberi kesan menekan. Ini bukan kali pertama Kirana melihatnya tertidur. Dia masih ingat saat SMP, karena harus bekerja sambilan mencari uang, dia sering tidak sempat pulang untuk kelas tambahan. Guru yang iba padanya, membiarkannya tinggal setelah kelas malam, dan memberikan pelajaran tambahan gratis. Waktu itu, kebetulan Yansen yang duduk sebangkunya juga tidak pulang setelah kelas malam, karena ada urusan keluarga. Namun, Yansen tidak belajar, hanya tidur di meja menunggu mobil keluarga menjemputnya. Samar-samar, Kirana masih bisa mengingat sosok Yansen kala itu, selalu mengenakan pakaian basket di dalam, ditambah seragam sekolah di luar. Matanya jernih, rambut pendek, penuh aura remaja. Bukan hanya tampan dan tinggi, dia juga murid nomor satu di sekolah. Hm, surat cinta yang diberikan untuk Yansen, sampai tidak muat, bahkan ada yang salah terkirim ke mejanya. Tak disangka setelah waktu berputar sekian lama, dirinya kini malah kembali berhubungan dengan Yansen, bahkan besok akan pergi mendaftarkan pernikahan! Tentu saja, Kirana sadar pernikahan ini tidak ada sangkut pautnya dengan cinta, hanya karena pria itu butuh seorang tameng, atau entah alasan apa. Mobil melewati jalanan paling ramai di Kota Bentari, hingga akhirnya berhenti di depan sebuah restoran yang tampak sederhana. Saat Yansen perlahan membuka mata, Kirana buru-buru mengalihkan pandangannya. Yansen melangkah keluar lebih dulu, dan tepat saat itu ponselnya juga berdering, sepertinya urusan pekerjaan lagi. Kirana berdiri ragu di belakangnya, tidak tahu apakah harus ikut turun atau tidak. Saat dia mengangkat wajahnya, dia justru beradu mata dengan asisten pribadi yang duduk di kursi pengemudi. "Nona Kirana, saya yang menjawab telepon Anda tadi." Kirana tersenyum kaku. "Ah! Terima kasih banyak ya ... " "Itu sudah kewajiban saya! Tadi itu, Pak Yansen sedang rapat, setelah saya sampaikan padanya, Bapak coba menelepon balik tapi nggak ada jawaban, jadi langsung saja kami bergegas ke rumah sakit." Kirana diam mendengarkan. Dari sorot mata asisten itu, Kirana bisa melihat ada sedikit gelagat untuk mencari muka. Dia mungkin salah paham tentang hubungannya dengan Yansen, dan mengira dirinya begitu penting bagi pria itu! Tidak tahu harus membalas apa, setelah berpikir lama, Kirana akhirnya hanya tersenyum kaku sambil berkata, "Ya, Pak Yansen memang orang baik."

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.