Bab 120 Sebenarnya Aku Tidak Lajang
Sigit sama sekali tidak tahu jam berapa tepatnya Kirana akan mendarat, hanya tahu sekitar dini hari. Jadi dia sudah datang sejak jam sebelas malam untuk menunggu.
Sebelum sempat membalas pesannya, Kirana sudah mendengar suara Sigit.
Saat mendongak, pria itu berdiri di area penjemputan, mengenakan mantel gelap, tampak lelah karena perjalanan.
"Kirana, di sini!"
Sambil menyeret koper, dia berjalan mendekat, dan dengan refleks Sigit langsung meraihnya.
"Kamu pasti lelah, ayo cepat masuk mobil. Aku antar kamu ke rumah Janna untuk beristirahat. Besok pagi, beberapa temanku akan datang membantu mencari solusi. Mereka semua ahli di bidang ini. Aku takut nggak sanggup sendirian, jadi aku sudah menghubungi mereka."
Cara bicara Sigit yang cepat dan beruntun ini, benar-benar agak mirip dengan Janna.
Namun, di malam larut seperti ini, justru menghadirkan rasa hangat dan akrab layaknya keluarga.
"Ada apa?"
Melihat dia tidak bergerak, Sigit mengangkat alis.
"Aku ... aku nggak bisa membalas kebaikanm

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda