Bab 209 Aku Benar-Benar Lelah Menggapaimu
"Terserah padamu."
Kirana tampak sangat letih. Sikapnya yang bahkan tidak mau berbicara sepatah kata pun dengannya, jelas bukan pura-pura.
Sebenarnya, dia memang sama sekali tidak punya semangat untuk bicara.
Pemakaman ibunya ditetapkan tiga hari kemudian, tetapi hampir tidak ada kerabat maupun teman. Dia juga tidak ingin Yansen tahu. Jadi, dia berencana untuk mengurus semuanya secara sederhana.
Setelah kata-kata itu terucap, kamar itu kembali tenggelam dalam keheningan.
Dia menguatkan hati, dan menatap Yansen kali ini tanpa menghindari. Tanpa emosi dalam pandangannya, dia berkata, "Bisakah kamu pergi sekarang?"
"Baik, aku keluar. Besok kita bicarakan lagi."
"Besok bicarakan apa? Apa kata-kataku belum cukup jelas? Yansen, dulu aku hanya mengira dengan mengikutimu aku bisa melangkah dengan mudah. Tapi, sekarang aku sadar keluargamu terlalu sulit dihadapi. Sikap merendahkan orang seperti itu nggak sanggup kuterima, aku nggak ingin bersama denganmu lagi. Kamu paham atau nggak?"
Kirana tah

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda