Bab 215 Jangan Katakan Apa Pun
Meskipun pertanyaan itu tidak terjawab, keheningannya sudah menjelaskan segalanya.
Hardi merapatkan bibirnya, tidak lagi melanjutkan perkataannya.
Saat ini dia sudah percaya bahwa Kirana bersama putranya bukan demi uang, tetapi apa gunanya lagi?
Bagaimanapun, dia bukanlah wanita yang dipilih sang istri untuk anaknya, maka semuanya tak ada artinya.
...
Kirana memilihkan sebuah makam yang agak terpencil untuk ibunya, di sebuah sudut.
Dia tidak ingin ibunya diganggu oleh siapa pun.
Setelah menyelesaikan urusan di rumah sakit, jenazah Bu Yunita ditempatkan di rumah duka untuk menunggu pemakaman setelah upacara penghormatan selesai.
Janna sengaja mengambil cuti untuk datang. Melihat Kirana yang kini tanpa ekspresi, hatinya sakit sampai sulit bernapas!
"Kirana, kamu belum makan apa-apa, ya? Biar aku suruh kakakku belikan sesuatu, setidaknya makanlah sedikit."
Kirana menoleh dengan wajah kaku, memaksakan senyum tipis untuk menenangkannya. "Aku nggak apa-apa, terima kasih kamu dan Kak Sigit su

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda