Bab 21 Kirana
Dengan perasaan was-was, setelah pulang kerja Kirana langsung naik taksi menuju Teluk Permata.
Saat baru memasukkan setengah kode kunci pintu, dia tiba-tiba merasa ini tidak benar, kalau sampai terjadi sesuatu pasti akan canggung sekali!
Jadi, dia buru-buru menekan bel pintu.
Tidak lama, pintu pun terbuka.
Yansen sudah berganti dari setelan jas yang dipakainya di siang hari, rambut yang biasanya disisir rapi di kantor kini agak berantakan. Tubuhnya yang tegap mengenakan pakaian rumah serba putih, melepaskan aura elite bisnisnya, justru kini memberi kesan santai seperti seorang remaja.
Seakan baru saja selesai bermain basket di lapangan dan merasa sedikit lelah, lalu bersiap kembali ke kelas untuk beristirahat.
Karena takut wanita sang cinta pertama Yansen itu ada di rumah, Kirana tidak masuk dan tetap berdiri di tempat dengan sikap resmi. "Pak Yansen, tentang Proyek Auraya yang Anda sebutkan ... "
"Kirana."
Dia langsung memanggil namanya dengan alis berkerut, "Sekarang aku sudah selesa

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda