Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa
Cinta Salah KirimCinta Salah Kirim
Oleh: Webfic

Bab 6 Menikahlah Denganku

"Janna, darurat sekali! Bisa nggak kamu cari cara mendapatkan nomor telepon Pak Yansen?" Kirana sudah menghapus nomor kontak WhatsApp-nya, bahkan keluar dari semua grup bersama. Saat ini satu-satunya orang yang bisa dimintai bantuan hanyalah Janna! Di seberang terdengar jelas suara yang masih setengah tertidur, [Siapa?!] "Yansen ... " [Kalau kamu sedang mengigau, lebih baik tidur lagi saja.] "Nggak sempat menjelaskan panjang lebar, ini penting, aku serius!" Pihak penanggung jawab dari mitra proyek itu sudah menandatangani kontrak lalu langsung pergi ke luar negeri. Mustahil dia meminta orang itu kembali hanya untuk menandatangani ulang kontrak dengannya! Janna pun merasa kalau Kirana tidak sedang bercanda. Dia duduk di tempat tidurnya, berpikir sejenak lalu berkata, [Aku jelas nggak bisa dapat nomornya, tapi kamu bisa langsung ke kamarnya saja.] Benar juga! Kirana segera menutup telepon, lalu asal mengenakan pakaian dan berlari menuju kamar presidential suite di hotel. Namun, begitu sampai di lantai tersebut, baru saja keluar dari lift, dia langsung dihalangi oleh sekretaris pribadi direktur. "Halo, aku ada perlu menemui Pak Yansen!" Sekretaris itu menatapnya dari atas hingga bawah, suaranya serius. "Apa kamu sudah buat janji?" Kirana menjawab, "Hmm ... belum." Sekretaris itu pun hanya menjawab dengan ringkas, "Silakan pergi." "Tolong beri kelonggaran, bisa? Sampaikan saja bahwa Kirana mencarinya untuk urusan mendesak, beliau pasti mau menemui aku!" Meski dia sudah memohon, sekretaris itu sama sekali tidak menjawab, bahkan berpura-pura tidak mendengar. Saat Kirana mulai merasa putus asa, tiba-tiba terdengar suara rendah Yansen dari dalam suite! "Biarkan dia masuk." ... Mendengar perintah Yansen, sekretaris itu akhirnya membiarkannya masuk. Kirana mendorong pintu suite dengan hati-hati, dan melihat Yansen masih mengenakan jubah tidur sutra berwarna hitam sedang berdiri di depan jendela besar, memegang secangkir kopi hitam yang sesekali diteguknya. Ketika pandangan pria itu beralih kepadanya, Kirana menarik sudut bibirnya dengan canggung. "Pak Yansen, apakah Bapak menemukan sebuah kontrak pada hari itu?" "Hari itu?" Yansen mengangkat alis tebalnya, lalu melangkah mendekat dengan langkah panjang. "Hari yang mana?" Tekanan yang begitu kuat membuat Kirana refleks mundur beberapa langkah. Dia tahu Yansen memang sengaja begitu. Mengalihkan topik pun percuma, akhirnya dia memilih untuk langsung menjelaskan. "Pak Yansen, malam itu saya sudah salah mengirim pesan singkat, dan setelahnya saya benar-benar nggak ingat apa-apa lagi! Hari ini saya cuma mau mengambil kontrak itu ... " "Kirana, aku butuh seorang pasangan untuk dinikahi." Karena perkataannya tiba-tiba disela, Kirana tidak langsung merespons, "Apa?" "Aku bilang, menikahlah denganku." Yansen mendekat, sepasang mata hitamnya menatap lurus pada wajah kecil Kirana yang tertegun. "Pikirkan baik-baik." Nada bicaranya terdengar begitu wajar, seakan sedang membicarakan cuaca. Namun di telinga Kirana, itu terdengar begitu tidak masuk akal hingga dia hampir mengira dirinya berhalusinasi. Dia terdiam cukup lama, barulah akhirnya berkata, "Pak Yansen, Anda nggak perlu menguji saya." Kirana bukan orang bodoh. Jika Yansen benar-benar membutuhkan pasangan untuk menikah, pasti ada banyak wanita yang rela mengantri, tidak seharusnya dia yang mendapat kesempatan itu. Jadi ini pasti hanya sebuah tes! Untuk melihat apakah dirinya punya ambisi tersembunyi, ingin meraih kedudukan tinggi dan mengubah nasib. Yansen mengabaikan ucapannya, tetap melanjutkan, "Ibumu sedang menjalani perawatan di rumah sakit, ya? Aku bisa bantu kamu mencarikan dokter terbaik, sekaligus menanggung semua biayanya. Kalau kamu setuju, besok kita bisa langsung mendaftarkan pernikahan." Kali ini dia berbicara dengan sangat serius, ekspresi tegas di wajah tampannya sama sekali tidak menunjukkan kalau dia sedang bercanda. Namun ... "Kenapa?" "Tadi aku sudah bilang, aku membutuhkan seorang pasangan untuk menikah. Kenapa harus kamu ... " Yansen berhenti sejenak kemudian melanjutkan, "karena kamu yang paling cocok."

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.