Bab 84 Dia Sudah Naik Pesawat
Sigit masih ingin menolaknya, tetapi Janna lebih dulu menerima uang itu untuknya, dan langsung menyelipkannya ke dalam pelukannya.
"Baik, kalau begitu kakakku akan menerimanya!"
"Eh?"
Kirana tersenyum, membawa ponselnya dan bangkit. "Aku ke toilet sebentar, kalian lanjutkan makan."
Begitu dia pergi, Sigit menatap setumpuk uang itu, dan mengernyit dengan tidak berdaya. "Kalau aku terima uang ini, aku jadi apa?"
"Kamu nggak paham Kirana! Dia ini orangnya selalu hati-hati dalam segala hal, sampai-sampai harus menghitung jelas setiap sen. Kalau kamu masih ingin punya masa depan dengannya, jangan terlalu terburu-buru." Bicara soal sahabatnya, Janna juga tidak berdaya.
Selama bertahun-tahun bergaul, kesan paling jelas tentang dirinya adalah Kirana sama sekali tidak punya rasa aman.
Kirana justru sangat suka berpura-pura kuat.
"Dia lagi butuh uang banget, karena operasi ibunya butuh banyak biaya. Kenapa harus dihitung seteliti ini?" Sigit mendapati Kirana benar-benar bukan gadis seperti yang

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda