Bab 10
Melihat Juan yang tampak begitu yakin dan tak terbendung, Adrian merasa dadanya sesak. Gelombang emosi yang tak terdefinisi, campuran antara gelisah dan amarah, mendadak membuncah. Namun dia tak punya alasan yang cukup kuat untuk melarang Juan secara paksa. Dia hanya bisa menyaksikan dengan mata terbuka, sementara jemarinya tanpa sadar mengepal hingga sendi-sendinya berderak pelan.
Meski kegelisahan itu terus mengendap di benaknya, Adrian tetap menjalankan rencana awal. Pada hari ketika nama Nadya resmi ditetapkan sebagai penerima beasiswa pascasarjana, dia pun menyatakan perasaannya padanya secara resmi.
Di bawah pohon beringin tercantik di kampus, Adrian berdiri dengan anggun, sambil memegang sebuah kalung berlian yang harganya tak murah. Wajah tampannya dihiasi kelembutan yang pas, penuh ketulusan. "Nadya, maukah kamu jadi pacarku?"
Nadya terkejut dan secara refleks menutup mulutnya dengan tangan, matanya langsung memerah karena haru. Dia melompat ke pelukan Adrian dengan penuh sema

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda