Bab 110
Dada Sally naik turun, tapi akhirnya perlahan ditekan balik.
Dia sudah bukan lagi Sally yang dulu, yang setiap hari menangis histeris di kamar kosong. Kalau kembali seperti dulu, dia sendiri pasti bakal akan merendahkan dirinya.
Pelan-pelan dia memasukkan makanan di piring ke perut. Albert memang selalu tajam matanya, entah dalam urusan bisnis atau sekedar soal makanan atau tempat tinggal, yang dia pilih selalu yang terbaik. Itu semua makanan kesukaan Sally, juga sehat buat tubuh. Dibuang hanya akan mubazir.
Dia sudah kenyang, sisanya yang belum disentuh juga tidak dikasih ke orang lain. Soalnya dari sikap orang-orang di sekitarnya barusan, jika dia melakukan itu, mereka akan berkata tidak akan menerima makanan sisa.
Dia menunduk dan meneruskan merapikan dokumen di meja dan tiba-tiba mendengar beberapa orang di samping berkomentar berlebihan.
"Entah anak orang kaya dari keluarga mana itu. Padahal Kak Mutiara sudah bertahun-tahun bersama Tuan Albert, juga nggak pernah boros begitu."
"Ka

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda