Bab 21
Mata Hardy memicing.
"Bukan begitu! Aku ... "
"Hardy." Yasinta memotong ucapan Hardy, mengucapkannya kata demi kata dengan jelas. "Akhir yang kamu terima sekarang adalah akibat yang pantas bagimu, ini memang sepenuhnya kesalahanmu sendiri."
Dia melepaskan tangannya, lalu melangkah pergi ke dalam angin dan salju tanpa menoleh lagi.
Hardy berdiri di tempat, salju menumpuk di pundaknya.
Tiba-tiba dia teringat bertahun-tahun yang lalu, pada gadis kecil yang berdiri di ujung gang, bermata merah, menunggunya menoleh kembali.
Salju turun makin deras.
Yasinta melangkah cepat di atas salju yang mengendap, bulu matanya dipenuhi kristal es halus.
Dia mendengar langkah kaki dari belakang.
Hardy ternyata masih mengikutinya.
Saat dia hendak berbalik untuk menegurnya, sesosok tubuh jangkung muncul dari sudut jalan. Mantel hitamnya tertiup angin membentuk garis yang tegas.
Itu Ivan Saputra
Di tangannya ada payung hitam, tatapannya melembut ketika melihat ujung hidung Yasinta yang memerah, namun seketi

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda