Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 5

Saat matanya terbuka lagi, Yasinta mendengar suara pertengkaran keras dari luar pintu. "Yasinta itu adik kandungku, dan kamu juga melihatnya tumbuh besar. Bagaimana mungkin dia melakukan hal seperti mendorong orang ke air? Kamu sengaja membalas dendam sampai hampir membuatnya tenggelam. Bukankah seharusnya kamu minta maaf?" "Kamu mau aku minta maaf? Bisa! Tapi suruh dia minta maaf dulu pada Sheila! Kalau bukan karena dia iri lalu lebih dulu mencelakai Sheila, apa aku akan menyerang balik tanpa alasan? Kamu sayang adikmu, aku juga sayang istriku! Kalau sampai Sheila kenapa-kenapa, meski Yasinta mati seratus kali pun, itu nggak akan cukup menebus dosanya!" Mendengar hardikan marah Hardy, tubuh Yasinta langsung diliputi hawa dingin, seolah jatuh ke dalam jurang es. Sebelumnya, meski sudah berkali-kali ditolak oleh pria itu, dia tak pernah merasa seputus asa ini. Dia pikir, walaupun mereka tak bisa menjadi sepasang kekasih, setidaknya masih ada sedikit ikatan emosional di antara mereka karena sudah saling mengenal selama bertahun-tahun. Ternyata, begitu menyangkut wanita yang ada di hatinya, Yasinta bukanlah apa-apa. Dua orang di luar tidak tahu bahwa dia sudah sadar, pertengkaran pun terus berlanjut tanpa henti. "Kamu nggak punya bukti apa pun, tapi langsung melemparkan semua kesalahan pada Yasinta, bahkan nggak memberinya kesempatan untuk menjelaskan? Hanya karena dia sudah menyukaimu selama bertahun-tahun, jadi kamu merasa bisa menyakitinya sesuka hati?" "Dia mengejarku selama bertahun-tahun. Aku masih menjaga sikap hanya karena menghargaimu! Selama ini aku menahan diri agar dia nggak merasa dipermalukan, apa itu masih belum cukup? Kamu menyalahkanku karena melukai perasaannya, tapi pernahkah kamu pikirkan sudah berapa lama aku menahan diri?" Kemarahan yang terpendam di hati Yonan pun akhirnya tersulut sepenuhnya pada saat ini. Dia tak bisa menahannya lagi, menarik kerah Hardy dan langsung melayangkan pukulan. Hardy juga tak mau mengalah, mereka berdua pun terlibat perkelahian sengit. Mendengar keributan itu, hati Yasinta terguncang. Dia memaksakan diri untuk bangun dan keluar untuk melerai. Melihat wajah mereka berdua yang memar lebam, pukulan demi pukulan dilayangkan dengan kejam, dia segera menerjang ke depan dan berdiri di antara mereka. Air mata yang telah lama ditahannya pun akhirnya tumpah, dia menangis tersedu-sedu hingga suaranya serak. "Jangan berkelahi lagi, kalian jangan bertengkar lagi. Kak, ikut aku pulang, ya? Aku mohon padamu!" Melihat air mata sang adik, kewarasan Yonan yang sempat hilang akhirnya kembali. Hidungnya terasa perih, dia memejamkan mata, menarik napas dalam-dalam, lalu dengan sukarela melepaskan tangannya. Dia menggenggam tangan Yasinta dan berbalik dengan langkah lunglai menuju ruang rawat. Sesaat setelah pintu tertutup, kakak beradik itu mendengar suara dingin Hardy. "Jangan kira dengan berpura-pura menyedihkan aku akan memaafkanmu. Ini peringatanku yang terakhir, mulai sekarang, jauhi Sheila." Kemarahan Yonan yang baru saja mereda kembali hampir tersulut. Yasinta segera memeluknya erat, suaranya dipenuhi nada memohon. "Sudahlah, Kak, sudahlah. Aku juga akan segera pergi. Ke depannya aku juga nggak akan pernah muncul lagi dalam dunia Hardy. Kamu nggak perlu sampai berselisih dengannya dan teman-temanmu demi aku." Makin dia berusaha membujuk, hati Yonan makin merasa perih. Kakak beradik itu saling terdiam. Ruangan menjadi sunyi cukup lama, hingga akhirnya dia berbicara pelan memecah keheningan. "Yasinta, ini salah Kakak. Di hati Hardy hanya ada Sheila seorang. Demi wanita itu, bahkan persahabatan pun bisa dia abaikan. Seharusnya sejak pertama kali Kakak menyadari perasaanmu padanya, Kakak sudah kasih tahu kamu kebenarannya, jadi kamu nggak akan terjerat sedalam ini."

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.