Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 4 Tidak Boleh Menikah

Joshua menatap Lana dalam-dalam, terdiam cukup lama, mengambil sebuah cek dari sakunya, lalu meletakkannya di hadapan Lana. "Ini adalah utangku padamu selama ini. Aku akan mengembalikannya padamu. Sebaiknya besok kamu dan ibumu pindah dari sini, kita nggak pantas untuk sering bertemu." Lana merasa sesak napas, seakan hatinya dihantam dengan keras, lalu diinjak dengan kejam. "Nggak ... nggak pantas? Kamu juga nggak pernah mengatakan menyukaiku, 'kan? Selama ini aku yang mengejarmu secara sepihak. Kamu nggak perlu merasa nggak nyaman." Sebenarnya, Joshua memang tidak pernah suka jika Lana banyak bicara. Pria itu menganggap omongannya menyebalkan. Biasanya Lana akan berusaha untuk diam saja di sampingnya, tetapi hari ini dia sedikit tidak bisa menahan diri. "Kamu pergilah. Aku akan mengambil ceknya, kamu bisa pergi sekarang." Lana berkata demikian, tetapi dalam hati dia terus memohon dengan putus asa, 'Jangan pergi, jangan pergi. Tolong tinggal sebentar lagi, meskipun hanya untuk mengobrol sedikit.' "Aku memberikan cek ini dengan syarat." Joshua mengerutkan kening, lalu benar-benar duduk. Hati Lana kembali merasa senang. Ada syarat juga bukan masalah. Melakukan apa pun juga boleh. Untuk pria ini ... Lana bisa melakukan apa pun. Joshua langsung mengeluarkan sebuah kontrak sambil berkata, "Aku akan memberimu 2 miliar, tapi kamu nggak boleh mencari masalah dengan Keluarga Sianas lagi." Senyum Lana membeku di bibirnya. Dia menatap Joshua dengan tatapan terkejut dan tidak percaya. Dia bisa memahami bahwa Joshua menyukai Rika, atau ingin bersekutu dengan Keluarga Sianas. Semua itu bisa Lana pahami. Namun, kenapa Joshua memintanya melepaskan dendam? "Joshua, apa kamu serius?" tanya Lana. Joshua mengangkat kepala menatapnya. Di bawah cahaya lampu, bola mata pria itu memancarkan emosi yang sulit dipahami. Matanya sejernih zirkon hitam yang memberi ilusi seolah penuh perasaan mendalam. Joshua mengerutkan kening. "Aku mengetahui sedikit tentang masalah keluargamu. Tapi kamu terlalu bodoh, sama sekali nggak bisa membalas dendam. Kamu hanya akan merugikan dirimu sendiri." "Nggak, dendam ini harus aku balaskan. Kalau memang aku kalah, aku akan menerimanya dengan rela." Suara Lana terdengar bergetar. Dia tidak mengerti kenapa Joshua ingin membantu Keluarga Sianas. Apakah karena sekarang dia adalah menantu Keluarga Sianas? Mata Joshua menjadi muram. "Kalau begitu, kucingmu akan mati, ibumu juga nggak akan selamat. Bisakah otakmu dipakai untuk berpikir sedikit? Jangan menjadi pemberani yang bodoh!" Lana menatap pria di hadapannya dengan sedikit terkejut, merasa pria ini sangat asing. Lana merasakan rasa amis manis di sudut bibirnya, tetapi dia tetap tersenyum. "Kita nggak perlu membicarakan hal ini lagi." Ketika mendengar itu, Joshua langsung berdiri, menatapnya dengan tatapan dingin, lalu berkata dengan suara berat, "Kalau kamu berani bertindak sembarangan, jangan salahkan aku kalau aku bersikap kasar!" Demi Rika pria ini sampai menggunakan taktik licik terhadapnya. Joshua ... pasti sangat mencintai Rika, 'kan? Lana tidak berbicara lagi, juga tidak berani mengangkat kepala. Dia takut jika mengangkat kepala, air matanya akan terjatuh, membuat Joshua makin muak dengannya. Joshua mungkin mengira Lana akan berkompromi seperti yang selalu dia lakukan sebelumnya. Dia berhenti sejenak, lalu berkata, "Kamu nggak perlu menganggap serius ucapan Rika. Sekarang keluargamu sudah dalam kondisi seperti ini, kamu juga nggak akan bisa menikah dengan keluarga baik-baik. Tunggu sampai semua ini berlalu, baru kita bicara lagi." Setelah mengatakan ini, tatapan Joshua perlahan terjatuh pada tubuhnya, ekspresinya menunjukkan emosi yang tak bisa dijelaskan. Lana tidak melihatnya. Dia hanya menunduk sambil menggigit bibirnya. Setelah beberapa saat, baru dia mengeluarkan gumaman pelan dari sela giginya. Setelah Joshua selesai berbicara dengan Lana, dia langsung pergi mencari Rika. Rika merasa sedikit gelisah. Ketika melihat raut wajah Joshua, dia bertanya dengan hati-hati, "Hari ini aku membuat Lana terluka, apakah kamu marah?" Joshua menoleh menatap Rika, lalu berkata dengan acuh tak acuh, "Itu bukan salahmu, dia sendiri yang terjatuh." Setelah mendengar itu, mata Rika berbinar, dia langsung tampak ceria dan menawan. Rika mendekat untuk memeluk pinggang Joshua dengan erat, lalu berkata dengan tergesa-gesa, "Syukurlah kalau kamu berpikir begitu. Aku ... aku sangat takut kamu salah paham padaku. Bagaimanapun juga, Lana adalah penyelamat hidupmu, jadi aku harus memperlakukannya dengan baik."

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.