Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 3 Apa yang Kamu Lakukan?

Namun, sebelum sehari berlalu, Lana sudah tak sanggup menahan diri untuk memikirkan pria itu, kembali ingin mendekatinya. Meskipun itu hanya untuk mendengar suara ejekannya sekali pun, Lana rela. Lana juga pernah merasa bahagia. Sejak kecil dia dibesarkan di keluarga kaya. Orang tuanya juga sangat menyayanginya. Namun, gedung yang dibangun Ayah Lana tiba-tiba runtuh dalam waktu semalam enam bulan yang lalu. Dari 108 penghuni yang tinggal di dalamnya, separuhnya mati dan terluka. Kasus ini cukup serius, langsung mengguncang seluruh Kota Havana. Kebenaran pun segera terungkap. Ayah Lana sudah melakukan pemotongan anggaran, membeli semen berkualitas rendah, bahkan hampir tidak memakai batangan baja. Tak lama kemudian, para korban yang marah mengajukan tuntutan ke pengadilan. Seluruh harta Keluarga Sianas disita, sementara Ayah Lana yang tidak bisa menahan tekanan pun bunuh diri. Grup Sianas jatuh ke tangan Ayah Rika, paman kedua Lana, Frans Sianas. Frans merasa kasihan pada Lana dan ibunya yang sendirian tak berdaya, jadi dia memutuskan membiarkan mereka tinggal di vila Keluarga Sianas. Hanya saja, sejak saat itu perusahaan dan vila sudah berganti kepemilikan, sementara orang luar justru memuji Frans sebagai orang yang setia dan baik hati. Namun, tiga bulan lalu Lana bergegas ke pengadilan untuk menuntut Frans sebagai dalang yang sebenarnya, serta karena Keluarga Sianas juga sudah menganiaya ibunya. Hanya saja, semua tuduhan ini tidak memiliki bukti. Jika bukan karena Frans yang menjaminnya, Lana sekarang sudah dipenjara karena tuduhan palsu. Frans tidak mendendam, malah membawa Lana kembali ke kediaman Keluarga Sianas. Pria itu bahkan tidak membalas dendam dengan mengusir Lana dan ibunya. Orang-orang yang tadinya masih ragu, kini percaya sepenuhnya pada niat baik Frans, bahkan memaki Lana karena tidak tahu berterima kasih. Ini semua belum seberapa. Ketika Lana kembali ke rumah, dia baru mengetahui bahwa teman masa kecilnya, pria yang sudah dia sukai selama bertahun-tahun, akan bertunangan dengan putri Frans, Rika. Sementara Lana dan ibunya dipindahkan untuk tinggal di gudang halaman belakang. Frans bahkan mendapat pujian dari orang lain karena masih bersedia menampung Lana dan ibunya. Lana menggigit bibir dengan erat, menunggu gelombang kebencian itu berlalu. Lana pertama-tama menurunkan kucing kecil, lalu menuangkan sebungkus makanan kucing ke mangkuk kecil. Baru kemudian dia berlari ke kamar mandi dengan hati-hati untuk membersihkan diri. Setelah darah dibersihkan, luka Lana baru terlihat. Beberapa pecahan kaca menancap di lengannya, terutama akibat tekanan keras dari Rika tadi. Lana mengambil pinset, lalu menjepit semuanya keluar satu per satu sambil menahan rasa sakit. Setelah mengobatinya dengan baik, Lana tampak dipenuhi keringat. Lana menyeka tubuhnya dengan asal, memakai baju yang longgar, lalu melangkah keluar. Kucing kecil tadi menolak makan, seolah khawatir pada tuannya. Ketika Lana keluar dari kamar mandi, dia mengelus kepala kucing kecil itu. Barulah kucing itu merasa tenang, langsung membenamkan kepalanya ke dalam mangkuk untuk makan dengan lahap. Tepat pada saat itu, pintu kamar tidur terbuka. Ibu Lana, Amanda, melangkah keluar dengan mata yang sedikit memerah. "Lana, ada apa denganmu? Tadi sepertinya ada keributan di luar. Apakah kamu masih belum bisa melepaskan Joshua ...." Lana menggelengkan kepala dengan keras sambil tersenyum santai. "Bukan begitu. Aku sudah menyerah sejak lama. Bu, apa Ibu sudah makan?" Amanda menyalakan lampu. Di bawah cahaya lampu, kecantikannya langsung membuat seluruh ruangan menjadi lebih indah. Dia melirik Lana, menarik bajunya dengan gugup untuk menutupi lebam di dadanya, lalu memaksakan senyuman. "Ibu sudah makan tadi, juga sudah minum obat. Lihatlah." Setelah mengatakan ini, Amanda menunjukkan kotak obat di tangannya pada Lana. Ketika Lana melihat obat di kotak untuk hari ini memang sudah tidak ada, barulah dia merasa lega. Lana segera membujuk ibunya untuk tidur lagi, sementara dia sendiri duduk di samping kucing kecil sambil melamun. Mereka tidak bisa tinggal di rumah ini lagi, tetapi Lana tidak memiliki uang. Mungkin dia bisa meminjam uang dari seseorang, lalu pindah dari sini. Di benaknya terlintas bayangan Joshua, tetapi dia menggelengkan kepala dengan keras, mengusir bayangan itu dari pikirannya. Pada saat itu, pintu tiba-tiba berderak pelan. Sosok tinggi besar Joshua tiba-tiba muncul di hadapannya. Lana langsung bangkit berdiri. Jantungnya tiba-tiba berdetak tidak terkendali, hampir melompat keluar dari tenggorokan. Wanita itu bertanya dengan tergagap, "Apa yang kamu lakukan di sini? Ada urusan apa?"

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.