Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 7 Preman

Lana teringat pada Joshua. Tidak, tidak mungkin dia. Joshua sangat membencinya. Lana sudah mengejarnya selama bertahun-tahun, tetapi dia tidak mendapatkan perhatian pria itu sedikit pun. Bagaimana mungkin itu dia? Lana bergegas meninggalkan kamar, lalu masuk ke dalam lift. Dia bersandar lemas di dinding lift, lalu menutup mata dengan penuh penderitaan. Setiap gadis pasti pernah membayangkan melakukan hal intim seperti itu. Ini adalah hal yang ingin dilakukan bersama orang yang paling dicintai. Namun, entah bagaimana Lana sudah berubah dari seorang gadis menjadi seorang wanita. Ketika pintu lift terbuka, Rika dan Paul tampak melangkah masuk. Raut wajah Paul tampak sangat aneh, bahkan tampak sedikit panik. Ekspresi Rika juga terlihat tidak wajar. Ini membuat jantung Lana berdetak kencang. Mungkinkah pria itu memang dikirim oleh kedua orang ini? "Lana, apa yang kamu lakukan di sini? Jangan-jangan kamu melakukan hal yang nggak baik ...." Rika mengerutkan kening dengan erat. "Aku sudah berjanji pada Joshua untuk mencarikan pasangan yang baik untukmu. Kamu ... kamu sungguh nggak tahu diri!" "Ada apa denganku? Aku hanya mengantarkan klien ke atas. Tapi apa yang kalian lakukan di sini? Kenapa kalian menjadi sangat gugup ketika melihatku?" balas Lana dengan sinis. Begitu mendengar ini, mata Paul langsung berkilat, sementara tatapannya ke arah dada Lana tampak sedikit penuh hasrat. "Rika menemaniku untuk mencari temanku. Kamu yang datang sendirian justru yang aneh. Bagaimana kalau aku memeriksa tubuhmu untuk melihat apakah kamu sudah disentuh seseorang?" Lana merasa takut sekaligus muak. Dia segera mendorong pintu lift sambil berteriak, "Tolong! Apa ada orang di luar?" "Tutup mulutmu, dasar wanita jalang." Paul menerjang untuk menekan Lana, lalu mengulurkan tangan untuk menutup mulut Lana. Lana memejamkan mata dengan erat ketika menggigit tangan Paul. Paul berteriak kesakitan, langsung mendorong Lana dengan keras. Kepala Lana membentur dinding hingga mengeluarkan bunyi benturan yang keras. Mata Lana menjadi gelap, dia hampir jatuh pingsan. Pada saat itu, Paul sudah menyadari ada yang tidak beres. Bibir Lana tampak bengkak dan memerah. Di dalam kerah yang terbuka, ada bekas aneh yang memenuhi tubuhnya. Paul adalah seorang pria yang berpengalaman, sekali lihat saja dia bisa langsung mengetahui bekas apa itu. Nada bicara Paul menjadi muram dan meremehkan, "Sial, kamu ternyata sudah ditiduri seseorang. Kamu memang sama seperti ibumu, wanita jalang!" Plak! Tamparan Lana langsung mendarat di wajah Paul. Paul tercengang oleh tamparan ini. Kelinci kecil ini ternyata berani menyerang orang? Awalnya Paul tidak percaya, tetapi kemudian wajah Paul langsung berubah. "Kamu cari mati!" Tangan Paul terangkat tinggi. Lana mengetahui bahwa dia tidak bisa menghindar, tetapi dia tidak merasa menyesal. Dadanya naik turun dengan keras ketika menatap Paul dengan tatapan tajam, seolah ingin mengingat wajah memuakkan itu. Rika berkata dengan lembut, "Paul, bersikaplah lebih lembut sedikit. Bagaimanapun juga, dia adalah kakakku." Lana hanya merasa sangat muak. Nada bicara Rika terdengar lembut, tetapi niat jahat dan sindiran di dalamnya sungguh menakutkan. Telapak tangan Paul terayun dengan keras, membuat Lana menarik napas dingin. Dia tahu betapa menyakitkannya itu, jadi dia menutup mata dengan erat. Namun, setelah menunggu lama, Lana tidak merasakan rasa sakit yang tidak asing itu. Lana membuka mata. Dia merasa terkejut ketika menemukan bahwa di samping mereka bertiga ada seorang pria lain. Pria itu memiliki postur tinggi besar, tampak sedang berdiri miring, sementara sebatang rokok menggantung di mulutnya. Seharusnya dia tampak tidak menarik, tetapi pria itu terlalu tampan. Begitu tampan hingga ada daya tarik yang sulit dijelaskan. Seorang ... preman? Preman itu menangkap pergelangan tangan Paul dengan tidak sabaran. "Bagaimana bisa kamu memukul seorang wanita? Setiap wanita adalah makhluk yang turun dari surga, yang patut kita sayangi dengan baik." Ketika berbicara, rokok di mulutnya tampak bergoyang-goyang. Lana seharusnya merasa takut atau marah, tetapi dia malah merasa ingin tertawa. Ini mungkin pertama kalinya Paul mengalami kekalahan seperti ini. Dia berteriak keras dengan penuh amarah, sementara tangannya yang bebas terayun untuk memukul preman itu.

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.