Bab 18
Pukul empat, Hanna menggaruk rambutnya dengan gelisah dan kembali ke vila.
Yohan tampak sudah menduga sebelumnya. Saat dia masuk ke pintu, Yohan menyapa dengan ucapan selamat datang.
Pakaian santai abu-abu itu saja bisa terlihat seperti rancangan kelas mewah ketika dipakainya.
Bahkan jika Stanley berdiri di sini, sulit untuk membedakan siapa yang keponakan dan siapa pamannya.
Walau usianya sudah lewat tiga puluh, wajah Yohan hampir sempurna tanpa cacat, bahkan bintik lemak pun hampir tak ada. Meski hanya duduk santai membaca koran, aura yang melekat padanya tetap sulit diabaikan.
Stanley lima tahun lebih muda, tapi kerja keras dan tekanan tinggi membuatnya tampak lelah dan kusam.
Hanna diam saja, menarik kopernya dan duduk di ujung sofa, sekitar delapan ratus meter dari Yohan.
Keadaan fisiknya membuatnya tidak bisa bertahan lama di luar. Asma ditambah baru saja keguguran hampir menguras separuh tenaganya.
Keduanya duduk di sofa tanpa berbicara, sampai Yohan menggumpalkan koran dan mele

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda