Bab 22
Jennifer menatap cincin itu lama sekali, lalu akhirnya berkata, "Cincin ini membawa aura kalian berdua, bolehkah aku menciumnya sebentar?"
Hanna buru-buru menghindar.
"Sudah pulang?" Yohan keluar dari kamar mandi, hanya mengenakan handuk, dada dan bahunya terbuka.
"Ya," jawabnya datar, tapi bagi Hanna, nada itu terasa sangat menggoda.
Seperti sapaan suami-istri lama yang baru pulang kerja, penuh keakraban.
Apa-apaan ini, pikirnya, apakah bencana yang dibawa Keluarga Sentana padanya belum cukup, sampai harus ada hubungan tidak jelas dengan Yohan juga.
Memikirkan kedua orang itu, Hanna tersadar dan menatap ke atas, tepat melihat perut berotot Yohan.
Memang benar wajah dan tubuhnya bisa menggoda orang sampai ingin berbuat salah.
Hanna melepas cincin dan menyerahkannya pada Yohan. Pria itu melambaikan tangan. "Itu untukmu."
Ucapan Jennifer menjadi nyata. Keesokan harinya setelah pulang, Hanna demam tinggi dan tak bisa menahan batuk.
Jennifer mendeteksi dua jenis bakteri penyebab penyakit d

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda