Bab 16
Pertengkaran itu membuatku merasa ingin muntah.
Dia bahkan tidak sempat membersihkan badan, langsung berjalan cepat menghampiriku.
Saat dia mencengkeram lenganku, rasa mualku makin menjadi.
"Minggir!"
Aku hampir tersedak oleh asam lambung yang naik.
Dia membungkuk dengan senang, tubuhnya menyentuh lenganku.
"Kamu hamil, ya?"
Dia berkata sambil memanggil Darian keluar.
Aku takut keluar seorang gila lagi, jadi segera berkata dingin.
"Kamu yang hamil! Aku nggak akan hamil."
Aku menepis tangannya, sambil membersihkan mulut dan lenganku.
"Bilang saja kalau kamu hamil, nggak perlu bicara sembarangan."
Darian berteriak dari kamar, menyuruhnya cepat mengambilkan handuk.
Saat mendengar Janny berbalik pergi, barulah aku membuka mata.
Namun, dia seenaknya mengambil handukku dan membawanya masuk ke kamar.
Ketika menemukanku melihatnya, dia tersenyum menantang.
"Aku dan ayahmu selalu pakai handuk ini. Kenapa? Sayang, ya?"
...
Otakku seketika macet.
Pantas saja terkadang handuk itu ada bau yang tida

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda