Bab 118
Setelah memberi tahu diriku, Bi Hana kembali melanjutkan pekerjaannya. Aku berdiri di tangga, mendengar suara samar dari arah dapur, lalu menunduk sambil tersenyum tipis.
Saat kantor libur dua hari berturut-turut, Dion membawaku menemui pamanku yang cuma numpang status, James.
Di sebuah arena pacuan kuda, pria sekitar empat puluhan, wajahnya tegas dengan paras seimbang, selalu membawa senyum tipis, tapi sama sekali tidak memberi orang kesan bisa diremehkan. Dia mengenakan pakaian berkuda, terlihat tidak kalah gagah dengan pemuda dua puluhan.
"Dion, ini keponakan yang kamu atur untukku itu?"
Begitu mendekat, dia yang lebih dulu bicara. Dion mengangguk, aku pun memanggil, "Paman."
Dia sempat tertegun, lalu tertawa terbahak. "Gadis ini pintar juga, dari mana kamu menemukan anak perempuan secerdas ini?"
Dion berbasa-basi dengan James. Saat mendengar nama "James" itu, aku mendadak paham mengapa Riko hanya dengan mendengar ceritaku segera tertarik. Mungkin dia menghubungkan nama belakang kam

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda