Bab 78
Tiba-tiba Riko membeku. Dia menggertakkan gigi dan meronta dua kali, tetapi gagal melepaskan diri dari cengkeraman polisi. Wajahnya perlahan memucat. Setelah beberapa saat, akhirnya dia menyerah. Polisi menekan Riko ke kursi di samping, sementara yang lainnya maju dan berkata kepada Dion.
"Pak Dion, kami belum menemukan anggota tubuh korban. Kami sudah mencari petunjuk di sekitar, tapi nggak ada jejak. Adapun si pembunuh, kami juga ...."
Dion memejamkan mata dengan sedih.
Aku berada tepat di sebelah Dion dan samar-samar aku bisa merasakan selain rasa sakit, ada emosi yang lebih dahsyat yang bergolak di dalam dirinya. Pelipis Dion berdenyut dua kali dan pembuluh darah di kedua sisi dahi terlihat semakin jelas. Jelas dia sedang bergelut dengan rasa cemburu dan amarah, tetapi masih berusaha mengendalikan diri.
Dia berusaha keras untuk tetap tenang.
Aku tahu, tetapi aku juga merasa dia hampir menyerah.
Kantor itu sunyi untuk waktu yang lama dan tiba-tiba suara sedih Riko datang dari sampin

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda