Bab 1
Di hari pernikahan, Felix menyuruh orang melepas gaunku. Kemudian, dia sendiri yang memakaikannya pada adik tiriku.
Felix menatapku dengan ekspresi dingin.
"Status aku berikan padamu, tapi cintaku milik Yuanda. Setelah upacara pernikahan ini selesai, aku akan menikah secara resmi denganmu."
Orang-orang di sekitarku tertawa sambil bertaruh, apakah aku masih akan menunggunya dengan patuh seperti dulu?
Bagaimanapun juga, demi pernikahan ini, aku sudah bertahan selama lima tahun.
Namun, begitu aku melangkah keluar dari gereja, aku langsung menelepon seseorang.
"Tante, soal yang kita bicarakan dulu, aku setuju."
Malam itu, pesawat pribadi membawaku terbang menuju rumah baruku.
Sejak saat itu, aku dan Felix sepenuhnya terpisah.
Lima tahun kemudian, aku hadir di pesta bersama putriku.
Namun, di pintu masuk, aku bertemu dengan Felix yang sudah lima tahun tidak aku temui.
Saat melihat putriku yang aku gendong, wajah Felix tersenyum mengerti.
"Lima tahun sudah, tapi kamu tetap kembali. Kalau kamu menyerahkan anak ini pada Yuanda untuk diadopsi, aku masih bisa membiarkannya memanggilku ayah."
Dia tidak tahu bahwa putriku bukanlah keturunannya.
...
Saat aku mendengar seseorang memanggil namaku, aku menoleh secara refleks. Kemudian, aku melihat Felix yang sudah lima tahun tidak aku temui.
Orang yang bersamanya adalah adik tiriku, Yuanda Sonella.
"Kak, ternyata benar kamu. Nggak nyangka kamu kembali mencari Kak Felix."
Saat melihatku, mata Felix sempat memancarkan kekaguman. Namun, dia pura-pura bersikap acuh.
"Aku sudah bilang, dia itu susah disingkirkan. Mau dilepas pun, dia tetap akan kembali," katanya dengan tenang.
Teman-teman yang berjalan di belakang mereka pun tertawa terbahak-bahak.
"Kak Felix, nanti ajari kami juga dong gimana cara melatihnya."
"Bahkan sengaja berdandan secantik itu. Jangan-jangan cuma mau pura-pura kebetulan ketemu, ya."
"Andai dia tahu kalau Kak Felix sudah menikah dengan Yuanda. Dia pasti bakal menyesal setengah mati."
Yuanda menutup mulutnya sambil tertawa. Lalu, dia merangkul tangan Felix dengan bangga.
"Kak, kamu belum tahu, dulu kamu kabur dari pernikahan. Akhirnya, Ayah memutuskan untuk memintaku menggantikanmu."
Dulu, aku sangat mencintai Felix. Meskipun dia berkali-kali menunda pernikahan kami demi Yuanda, aku tetap menunggunya menikahiku.
Namun, saat di hari pernikahan, dia langsung melepas gaunku dan memakaikannya pada Yuanda.
Sejak hari itu, aku memberi tahu diriku sendiri bahwa aku tidak akan mencintainya lagi.
Apalagi aku punya suami yang mencintaiku sekarang. Aku juga punya seorang putri yang menggemaskan. Siapa yang masih akan memikirkan seorang bajingan seperti dia?
Hari ini, suamiku mengadakan jamuan keluarga untukku dan putri kami. Aku tidak ingin merusak hari istimewa ini hanya karena orang yang tidak pantas.
Aku tersenyum sambil mengangkat cincin kawin di tanganku dan melambainya ke arah mereka.
"Selamat, ya. Sebenarnya, aku juga sudah menikah."
Setelah aku mengucapkan kalimat itu, wajah Felix menjadi masam.
Suasana di tempat itu langsung menjadi dingin. Salah satu teman Felix berbisik menasihatiku.
"Cindy, jangan ngambek terus. Kalau keterlaluan, hati-hati Felix beneran nggak mau sama kamu lho."
Aku sedikit tidak berdaya.
"Aku benar-benar sudah menikah. Hari ini, aku datang untuk menghadiri jamuan."
Setelah aku berkata, mereka malah tertawa terbahak-bahak lagi.
Yuanda menatapku dengan penuh penghinaan.
"Kak, kalau mau bohong harus tahu batasnya. Jamuan hari ini cuma untuk ulang tahun putriku."
Aku tidak menyangka begitu kebetulan. Ternyata, jamuan makan suamiku untuk aku dan putriku berada di hotel yang sama dengan pesta ulang tahun putri mereka.
Suamiku memiliki status khusus, jadi jamuan keluarga ini memang tidak untuk diumumkan. Wajar jika mereka tidak tahu. Aku juga tidak berniat memberi tahu mereka.
Aku berbalik, lalu bersiap pergi. Namun, aku mendengar Felix berkata.
"Pesta ulang tahun putriku nggak kasih pengemis masuk. Tapi, demi hubungan kita yang sudah bertahun-tahun, aku bisa membiarkanmu masuk dan melihat-lihat."
"Kebetulan selama bertahun-tahun ini kamu hidup dalam kemiskinan. Kamu pasti sudah lama nggak masuk ke tempat secantik dan semewah ini, 'kan?"
Mendengar ucapannya, aku hanya bisa tersenyum geli.
Selama ini, aku tinggal bersama suamiku di pulau pribadi. Kali ini, aku ikut kembali karena dia harus pulang ke Kota Nero untuk mengurus keluarga. Selain itu, aku juga ingin merebut kembali semua yang seharusnya milikku.
Aku tidak ingin berbasa-basi dengan mereka. Jadi, aku berbalik menuju aula jamuan. Tiba-tiba, putriku berlari keluar dan memelukku.
"Bu, kapan Ayah datang?"
Saat melihat putriku, Felix terkejut sejenak. Kemudian, wajahnya menunjukkan ekspresi mengerti.
"Pantas saja kamu begitu egois, ternyata diam-diam melahirkan anakku."
Dia mendongak, lalu menatapku dengan sombong.
"Tapi, aku sudah menikah dengan Yuanda. Anak ini hanya bisa diadopsi oleh Yuanda."
Melihat sikapnya, aku merasa muak.
Shania Mortatti sama sekali bukan putrinya.
Saat aku hendak menjelaskan, Yuanda malah berkata ....
"Kak, setelah kamu pergi, Ayah sudah menyerahkan Grup Sonella padaku."
"Pecundang seperti kamu bagaimana bisa menghidupi dirimu dan anakmu? Serahkan putrimu jadi pembantu untuk putriku, aku akan merawatnya sampai dewasa."
Aku marah hingga sekujur tubuhku gemetar.
Aku dan suamiku telah merawat putri kami selama lima tahun. Mereka malah ingin menjadikannya pembantu?
"Shania bukan anakmu. Dulu, kita ada pakai pengaman."
Aku memeluk putriku sambil menatapnya dengan jijik.
Felix melangkah mendekat dengan tidak percaya.
"Siapa yang nggak tahu betapa cintanya kamu padaku dulu? Bisa jadi kamu sengaja sembunyikan alat pengaman waktu itu supaya hamil?"
Mendengar ucapannya, hatiku merasakan perasaan yang sudah lama tidak aku rasakan.
Ternyata dia juga tahu betapa besar cintaku padanya dulu.
Aku rela mengorbankan harga diriku dan segalanya agar dia mau kembali padaku.
Namun, dia tetap menjadikan cintaku bahan tertawaan.
Untungnya, setelah itu aku membuat pilihan yang tepat.
Sementara dia adalah kesalahan yang sudah seharusnya menjadi bagian dari masa lalu.