Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 2

Saat aku ingin menggendong putriku pergi, Yuanda tiba-tiba menunjuk leher Shania. "Kalung yang dipakai anak ini mirip dengan Bintang Laut senilai 400 miliar yang dilelang mafia beberapa waktu lalu," ujarnya. Felix tertawa mengejek. "Semirip apa pun, itu tetap barang palsu. Cindy, sekarang kamu terpuruk sampai harus menipu putrimu dengan barang palsu?" Saat berkata, dia melepas jam Rolex di tangannya dengan santai. "Hadiah pertemuan dari Ayah untukmu. Bagaimanapun, kamu juga darah dagingku. Kamu nggak bisa terlalu murahan." Melihat jam di tangannya, aku hampir tertawa terbahak-bahak. "Lupakan, Felix. Hadiah yang diterima putriku nggak ada yang kurang dari 2 miliar. Jam yang ada di tanganmu ini ... kurang dari 200 juta. Dia nggak akan pakai." Wajah Felix langsung berubah menjadi sangat masam. "Nggak mau jamku, tapi malah pakai barang palsu. Selama ini, kamu makin nggak berguna." Aku malas memberitahu bahwa itu adalah barang asli yang dibeli suamiku di lelang. Mereka malah mengira aku merasa bersalah, hingga mereka tertawa lebih keras. "Cindy, kamu kira kami nggak tahu siapa kamu?" "Kalau cuma kamu yang malu-maluin sih tak apa, kenapa anakmu juga ikut-ikutan malu-maluin?" Bagi mereka, ini memang hal yang mustahil. Bagaimanapun, lima tahun lalu, aku masih menjadi pecundang yang harus bergantung pada Felix agar tidak diusir ayahku. Bagaimana mungkin aku punya hubungan dengan mafia termuda dari Keluarga Mortatti? Aku tidak ingin berdebat dengan mereka. Shania tidak terima, hingga dia buka suara. "Ini hadiah dari ayahku!" Yuanda menghentikan tawanya, lalu dia bertanya dengan maksud buruk. "Benarkah? Kalau begitu, siapa ayahmu? Jangan-jangan Willy Mortatti, ya?" Sebelum aku menghentikannya, Shania sudah berteriak keras-keras. "Benar, Willy memang ayahku ...." Sebelum Shania menyelesaikan ucapannya, aku merasakan tenaga dari tamparan yang kuat menghantam. Untungnya, selama ini aku belajar sedikit bela diri dari Willy. Aku menghindar sambil memeluk Shania. Felix marah dan menunjuk hidungku. "Cukup! Cindy, nggak masalah kamu menipu diri sendiri, kenapa kamu mengajari anak berkata seperti itu!" "Kamu tahu nggak siapa Willy? Mengajari anak berkata seperti itu, apa kamu ingin membahayakan kami?" Yuanda juga menatapku dengan kesal. "Kak, sekarang baik Keluarga Cendana maupun Keluarga Sonella bergantung pada Keluarga Mortatti. Kalau kamu berani mengaku sebagai istrinya, nanti kita semua bisa mati karena kamu." Shania terkejut, hingga tubuhnya gemetar ketakutan dalam pelukanku. Aku memeluk putriku sambil menatap Felix dengan marah. Saat mata kami bertemu, tampak penyesalan di mata Felix. "Cindy, aku bukannya sengaja menakut-nakuti kamu dan putrimu. Hanya saja, sekarang kita menjadi bawahan Keluarga Mortatti, jadi seharusnya kamu juga lebih mengerti situasinya." Yuanda juga ikut mengompori. "Kak Felix, Kakak terlalu gampang cemburu. Dia harus diberi sedikit pelajaran supaya tahu diri." "Agar kita nggak sampai celaka karena dia." Mendengar ucapan Yuanda, tiba-tiba aku teringat, lima tahun lalu dia juga memprovokasi hubungan antara aku dan Felix. Dia selalu memutarbalikkan ucapanku, lalu menyampaikannya ke Felix. Awalnya, Felix mengabaikan Yuanda. Kemudian, dia mulai memercayai ucapan-ucapannya. Dia menyuruhku agar lebih bersikap dewasa. Akhirnya, dia akan memarahiku seperti sekarang. "Kamu memang nggak pernah berubah." Namun, kali ini, dia tidak melanjutkan makiannya. Dia melemparkan jam Rolex itu ke tanganku. "Sudahlah, demi anak, kamu peganglah dulu." "Belikan sesuatu yang layak untukmu dan anakmu, buang semua barang palsu itu. Nanti, kalau aku ada waktu, aku akan mengurus kalian." Melihat sikapnya yang seperti memberi sedekah, tiba-tiba aku merasa geli lagi. Jika dia tahu, wanita yang menjadi istri Kepala Keluarga Mortatti, yang selama ini dia andalkan, ternyata adalah aku. Apa reaksinya?

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.