Bab 4
Namun, saat ini aku tak sempat lagi merasa malu, tangan Chakra perlahan menyentuh bagian tubuhku yang bengkak, kehangatan telapak tangannya meresap ke dalam tubuh.
Dia menekan beberapa kali lalu menenangkanku, "Ini bukan penyakit serius, karena kamu hamil ada beberapa penyumbatan, ditambah perubahan hormon. Rasa nyeri dan kencang itu normal, nanti setelah aku pijat sebentar gejalanya akan berkurang."
Dengan hati sedikit lega, aku mengangguk.
Aku hanya pernah mendengar tentang payudara membengkak setelah melahirkan, tak menyangka sebelum melahirkan pun bisa terasa nyeri. Untungnya itu bukan masalah kesehatan.
Setelah merasa lebih rileks, sentuhan Chakra di bagian depan tubuhku terasa lebih nyata, ototnya yang terbuka memberiku tekanan yang kuat.
Rasa yang sebelumnya mereda kini datang kembali. Aroma lilin putih menyelimuti hidungku, kegelisahan di dalam tubuh terasa tak tertahankan.
"Mm, pelan-pelan saja ... "
Saat Chakra menekan, aku tak bisa menahan dan mengeluarkan beberapa desahan. Darah mengalir ke wajah, pipiku memerah.
Aku menutup mata, tak berani menatapnya. Hanya bulu mataku yang bergetar menunjukkan kegelisahan di hati.
Chakra tersenyum lembut. "Di masa akhir kehamilan tubuhmu akan lebih sensitif, ini semua reaksi normal, tak perlu ditahan."
Aku malu-malu mengiakan dengan suara kecil.
Tangan besarnya bergerak membentuk lingkaran di depan tubuhku, dengan tekanan bervariasi lembut dan berat, bahkan pikiranku pun terasa hanyut.
Chakra perlahan naik ke tempat tidur, menekuk kakinya di atas pahaku. "Dengan begini aku bisa memberi pijatan lebih efektif."
Merasakan gerakannya, bulu mataku bergetar halus. Aku tidak menolak, diam-diam menerima apa yang dilakukan pria itu.
Ini hanya pijatan untuk mengobati rasa nyeri, tapi hatiku seakan berteriak, berharap Chakra menekan lebih kuat dan tidak berhenti di situ.
Entah sejak kapan rasa nyeri di awal tadi menghilang, digantikan oleh kehangatan yang menyenangkan. Telapak tangan Chakra seolah memiliki kekuatan, menyalakan api di dalam tubuhku.
"Pakaian ini agak mengganggu, lepaskan saja dulu."
Aku mengangguk patuh, mengikuti gerakan Chakra. Kedua lengannya melingkariku, seolah memelukku erat.
Hatiku terus bergetar, akal sehatku berkata ini salah, tapi dinginnya telepon suami dan suara wanita di sana membuatku makin membiarkan gerakan Chakra.
Kenapa dia bisa mencari orang lain, sedangkan aku harus menahan hasrat dalam hati ...
Melihatku makin menikmati, Chakra bertindak lebih berani, dia menunduk dan mulai menggunakan mulutnya. Isapannya lembut membuatku tak tahan ingin menjerit.
Rasa panas menyebar ke seluruh tubuh, tubuhku lemas seperti air. Chakra tertawa pelan di telingaku, kehangatan yang dia salurkan itu menjalar sampai ke bawah.
"Ini semua reaksi normal, aku akan membuatmu lebih nyaman."
Telapak tangannya terus bergerak ke bawah, menyentuh bagian yang sudah lembap. Tawa kecilnya terdengar makin puas, lalu tangannya bergerak, seolah ingin menyingkirkan kain yang menghalangi.
Aku menurut, mengangkat pinggangku, dan membiarkan diri terbuai sepenuhnya.
Setelah sekian lama hamil, belum pernah aku merasakan hal seperti hari ini. Keahlian Chakra luar biasa, hanya beberapa gerakan sederhana sudah membuatku menyerah sepenuhnya.