Bab 10
Gerakannya begitu cepat dan mulus, hingga aku tak sempat mengelak atau menahan diri.
"Daripada jadi guru, sepertinya kamu lebih cocok jadi aktris. Kemampuan aktingmu jauh melebihi kemampuan mengajarmu."
Ternyata dia benar-benar mengenaliku.
"Kamu ... sudah mengenaliku ... mm!"
Saat aku hendak bicara, Devan menunduk seolah ingin menciumku.
Refleks, aku menutup mulut dengan tangan.
Tak disangka, dia malah menempelkan bibirnya di telingaku. "Kenapa? Takut aku menciummu?"
Suaranya begitu memikat hingga aku benar-benar merasa sulit bernapas. "Kamu ... kamu ... jangan terlalu dekat denganku. Adikmu sebentar lagi akan masuk."
Dia tertawa pelan. "Laki-laki dan perempuan sama-sama belum menikah, ini wajar, 'kan?"
"Ng ... nggak ... ah!"
Sambil berkata begitu, tiba-tiba dia menggigit daun telingaku, tangannya diam-diam masuk ke dalam kausku, dan ujung jarinya berputar lembut di pinggangku. Tubuhku tiba-tiba lemas dan jatuh ke pelukannya.
Saat itu, terdengar langkah kaki cepat di luar pintu.
Aku

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda